Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman lebih memperketat pengawasan masyarakat menyusul munculnya dua klaster takziah atau layatan penularan covid-19.
"Saya hanya punya harapan bagaimana Sleman itu makin ketat. Mengetati dalam arti, pengawasan untuk tidak berkerumun," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Selasa (30/3).
Sultan meminta Pemkab Sleman mencermati pergerakan masyarakatnya dan bersikap tegas terkait disiplin protokol kesehatan terhadap masyarakat yang sulit diatur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi dua klaster penyebaran Covid-19 ini muncul di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro.
"Saya mohon Sleman itu pemerintah daerahnya memperhatikan mobilitas masyarakat untuk tidak seenaknya sendiri, disiplin harus diterapkan," tegasnya.
Di saat bersamaan, dia turut meminta masyarakat agar tidak bersikap egois. Salah satunya dengan tidak menggelar acara-acara yang berpotensi mengundang kerumunan atau melanggar bentuk protokol kesehatan lainnya.
"Ya sering seenaknya sendiri," katanya.
"Mestinya tidak ada perkawinan (dilarang menggelar hajatan), ada perkawinan, ming didelekke gitu lho (disembunyikan). Saya kira itu yang rugi masyarakat sendiri," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, dua klaster besar penularan Covid-19 yang berasal dari takziah muncul di Kabupaten Sleman dalam waktu yang nyaris bersamaan.
Kasus penyebaran Covid-19 yang diduga bermula dari aktivitas takziah pertama, dilaporkan muncul di wilayah Dusun Blekik, Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik.
Kasus diawali ketika sejumlah warga menghadiri acara takziah dan tahlil. Kemudian sehari berselang, anggota keluarga tuan rumah acara mengalami gejala terpapar Covid-19 dan dinyatakan positif via tes PCR pada 23 Maret 2021.
Pemeriksaan massal terhadap warga peserta takziah dan tahlil yang dilaksanakan dua gelombang pada 25 dan 26 Maret, mendapati 44 orang lainnya positif antigen.
Namun, Kepala Puskesmas Ngaglik I Khamidah Yuliati menyebut pada klaster ini hingga hari ini, Selasa 30 Maret 2021, tercatat ada 53 kasus. Lantaran adanya perubahan data pada hasil pemeriksaan massal di hari kedua, tanggal 26 Maret lalu.
"Kemarin (tanggal 26) kan disebutkan 23 kasus, tapi karena ada beberapa warga yang belum datang dan akhirnya datang ke puskesmas dengan tambahan baru menjadi 30 kasus," katanya melalui pesan WhatsApp.
Sementara kasus penularan Covid-19 klaster takziah yang kedua diduga dipicu aktivitas layatan di Dusun Plalangan, Pandowoharjo, Kecamatan Sleman.
Kronologi peristiwa, pola pelacakan dan penemuan kasus kurang lebih mirip klaster di Dusun Blekik. Di mana sampai hari ini tercatat total ada 36 kasus dengan pasiennya yang bukan cuma warga Dusun Plalangan, namun warga dusun lain di Kecamatan Mlati bahkan.
Dikatakan Kepala Puskesmas Sleman Elyza Sinaga, masih ada 45 orang lainnya yang berstatus reaktif rapid test antibodi berdasarkan hasil tracing klaster ini. Rencananya, mereka semua menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR), Rabu (31/3) besok.
(kum/pris)