Kasus penularan Covid-19 yang diduga muncul buntut dari aktivitas melayat kembali terjadi di Kabupaten Sleman, DIY. Sejauh ini, ada 36 kasus pada kejadian kali ini.
Kasus ini sendiri terungkap ketika salah seorang warga Dusun Plalangan, Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman mengalami gejala layaknya terpapar Covid-19.
Yang bersangkutan lantas menjalani pemeriksaan swab antigen secara mandiri yang kemudian hasilnya dilaporkan ke Puskesmas Sleman, Jumat 12 Maret 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena ada keluhan [kesehatan], lalu antigen dan ternyata positif," kata Kepala Puskesmas Sleman Elyza Sinaga saat dihubungi, Selasa (30/3).
Padahal, warga tersebut sempat menghadiri acara layatan. Salah satu anggota keluarga dari warga terkonfirmasi Covid-19 via antigen tersebut meninggal pada 10 Maret 2021.
"Mereka (keluarga) ada kumpul-kumpul, layatan," tutur Elyza.
Pihak puskesmas lantas melakukan penelusuran kontak atau tracing menyasar para anggota keluarga yang hadir pada acara layatan tersebut. Mereka yang masuk kategori kontak erat diminta puskesmas menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Sebagiannya memilih swab antigen secara mandiri.
"Kita tracing anggota keluarganya itu ada yang positif. Termasuk yang berasal dari luar kota, dari Kalimantan dan Jakarta. Kita lakukan pemeriksaan kemudian kita tracing lagi, berlanjut sampai kemudian terkumpul 32 orang yang positif dari yang layatan itu tadi," papar Elyza.
Dari 32 orang tersebut, tiga orang di antaranya harus dirawat di rumah sakit dan seorang di antara mereka dilaporkan meninggal pada 25 Maret 2021.
Kasus lain ada yang menjalani isolasi mandiri dan sebagian lainnya ditempatkan di Fasilitas Kesehatan Darurat Covid-19 (FKDC) milik Kabupaten Sleman, yakni Asrama Haji dan Rusunawa Gemawang.
Sementara pihak Puskesmas Sleman terus memperluas jangkauan tracing dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan massal, Senin (29/3). Total ada 325 orang yang terjaring dan hanya 266 di antaranya saja yang hadir.
"Swab massal kemarin kita sudah pesankan ke Pak Dukuh dan Satgas Covid padukuhan untuk melakukan wawancara terkait keeratan kontaknya yang akan diundang itu. Yang jelas yang kemarin hadir itu yang memang kita minta untuk wajib hadir. Yang lain riwayat kontaknya tidak begitu erat sebenarnya," beber Elyza.
Lihat juga:Kisah-kisah Sunyi Pemakaman Korban Pandemi |
Elyza melanjutkan, 266 orang tersebut kemudian diminta menjalani swab antigen dan lainnya rapid antibodi.
"Sesuai dengan pedoman Kemenkes, kalau riwayat kontak orang tersebut di bawah tujuh hari maka kita lakukan rapid antigen. Tapi kalau di atas tujuh hari hanya rapid antibodi," urainya.
Alhasil, 4 orang dinyatakan positif via swab antigen. Kemudian 45 orang reaktif rapid antibodi di mana selanjutnya mereka diminta mengikuti tes PCR yang diselenggarakan Puskemas Sleman, Rabu (31/3).
Untuk keempat orang positif via antigen masih didiskusikan dengan pihak keluarga masing-masing. Apakah memungkinkan dilakukan isolasi mandiri atau harus dievakuasi ke FKDC.
![]() |
"Sehingga, kini total ada 36 pasien. Ada yang dari desa di kecamatan lain juga. Yang dari (Kecamatan) Mlati juga ada," ujarnya menambahkan.
Elyza memastikan proses telusur dari klaster ini telah usai dan tinggal menindaklanjuti 45 orang dengan hasil reaktif antibodi tadi.
Kasus penyebaran Covid-19 diduga bermula dari aktivitas layatan sebelumnya juga sempat dilaporkan muncul di Dusun Blekik, Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik.
Hingga Senin 29 Maret 2021 kemarin, terhitung total ada 45 kasus yang masuk ke dalam klaster ini.
Terungkapnya 45 kasus di Blekik mirip dengan di Plalangan. Di mana pada saat itu terdapat sejumlah warga menghadiri acara takziah dan tahlil. Kemudian sehari berselang, anggota keluarga tuan rumah acara mengalami gejala terpapar Covid-19 dan dinyatakan positif via tes PCR pada 23 Maret 2021.
(kum/arh)