SUARA ARUS BAWAH

Tangsel di Zona Merah: Warga Tak Takut, Satpol PP Kerja Keras

CNN Indonesia
Jumat, 09 Apr 2021 07:45 WIB
Kota Tangsel merupakan satu-satunya daerah di Pulau Jawa yang masih berstatus zona merah Covid-19 pekan ini. Bagaimana tanggapan para warganya?
Sejumlah pelanggar protokol kesehatan COVID-19 berdoa saat penerapan sanksi di TPU Jombang, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (18/1/2021). (ANTARA FOTO/FAUZAN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memasukkan Kota Tangerang Selatan, Banten sebagai satu-satunya wilayah yang berstatus zona merah penularan virus corona di Pulau Jawa.

Kota Tangsel masuk bersama sembilan kabupaten/kota lain di lima provinsi dengan risiko penyebaran Covid-19 tertinggi. Kota-kota lain itu adalah Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar (Bali); Kota Palangkaraya, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Barito Timur (Kalimantan Tengah).

Kemudian Kabupaten Tanah Laut (Kalimantan Selatan); Kota Mataram (NTB); dan Kabupaten Belitung (Kep Bangka Belitung).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Alin Hendarlin Mahdaniar mengatakan, status zona merah di Kota Tangsel akibat ada perbedaan data antara daerah dengan pusat. Menurut dia, kasus positif yang tercatat di pusat merupakan kasus lama yang belum disinkronisasikan.

"Hal tersebut yang membuat data di dalam aplikasi NAR (New All Record) dalam minggu ini naik secara signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya," kata Alin dalam keterangannya, Kamis (8/4).

Terkait situasi terkini, CNNIndonesia.com, meminta tanggapan sejumlah warga Tangsel terkait status zona merah di daerah tempat mereka bermukim tersebut. Sebagian besar di antara mereka mengaku tak lagi peduli dan khawatir dengan penyebaran Covid-19.

Salah satu warga yang ditemui di sekitar Pasar Ciputat, Sari (37) menilai status zona merah di Tangsel akibat masyarakat tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan. Menurut dia, kondisi itu karena warga tetap harus melakukan aktivitas.

Ibu tiga anak itu bercerita bahwa masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dulu sempat memukul habis ekonomi keluarganya. Pemasukan suaminya sebagai supir angkot tak mampu memenuhi kebutuhan keluarga.

Akibatnya, ia tak bisa membayar tunggakan sekolah dua anaknya. Sari mengatakan, total tunggakan biaya sekolah anaknya saat ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp5 juta. Biaya sekolah itu belum ia bayar sejak pemerintah mulai membatasi aktivitas masyarakat karena Corona lebih dari setahun lalu.

"Jadi mulai awal corona saya nggak pernah bayar apa-apa di sekolah semua terhitung hutang. Entah kapan bisa kebayar nggak tahu," kata dia, Kamis (8/4).

Meski begitu, Sari mengaku masih merasa beruntung karena beberapa kali masih menerima bantuan sembako untuk makan sehari-hari.

Namun, Sari mengaku mengapresiasi penanganan Covid-19 oleh Pemkot Tangsel. Sebab, dia mengaku masih melihat Satpol PP terjun ke lapangan untuk mengimbau warga terkait penerapan prokes di tempat-tempat umum, seperti pasar maupun sekolah.

Sari (37), warga Ciputat Tangsel,  ibu rumah tangga.Sari (37), warga Ciputat Tangsel, ibu rumah tangga. (CNN Indonesia/ Thohirin)

Syahid, satu penjaga kedai kopi di Kecamatan Pamulang, Tangsel mengaku tak khawatir dengan penyebaran Covid-19. Termasuk status zona merah di Tangsel, daerah yang sejak lima bulan terakhir baru ia tinggali.

Pemuda 19 tahun asal Cianjur, Jawa Barat itu berpendapat bahwa corona adalah penyakit yang didatangkan dari Allah. Dan oleh karenanya ia pun memasrahkan

"Kan penyakit datangnya dari Allah, ya kita serahin sama Allah," katanya.

Meski begitu, dia bersama seorang temannya mengaku tetap menerapkan protokol kesehatan di kedai kopi yang ia jaga, seperti menyediakan masker, hand sanitizer, dan ikut aturan pemerintah setempat terkait pembatasan jam buka kedai.

Pasar CiputatSituasi di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (8/4/2021). (CNN Indonesia/ Thohirin)

Warga Tak Acuh Prokes dan Satpol PP Bekerja Keras

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER