Selain kapal selam, sedihnya lagi Indonesia tak memiliki kapal penyelamat seperti yang dimiliki Malaysia dan Singapura.
Saya ketahui soal ini atas pernyataan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono saat berbincang di telepon baru-baru ini.
Dia menyatakan kapal penyelamat memang tak dimiliki Indonesia, satu pun tak ada.
"Enggak, kita tuh memang enggak punya kapal rescue, kapal penyelamat itu memang gak punya," kata Julius.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya kira, sudah saatnya Indonesia berpikir soal peremajaan alutsista dengan berhenti menggunakan barang-barang bekas dan tua.
Sebenarnya, pemerintah pernah mencanangkan soal modernisasi alutsista ini melalui Minimum Essential Force (MEF) atau Kebutuhan Pokok Minimum sejak 2007 lalu.
MEF dibagi ke beberapa tahap dengan jenjang waktu lima tahun. Tahap I dimulai pada 2010-2014, tahap II 2015-2019, dan tahap III 2020-2024.
Harapannya MEF ini sudah bisa terpenuhi 100 persen pada 2024, mungkin saat Pak Jokowi lengser dari jabatan presidennya.Sayangnya, asa tak sama dengan kenyataannya. Hal ini terungkap dari hasil kajian yang dilakukan Pusat Kajian Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Dari kajian ini diketahui, capaian MEF tahap II saja ternyata masih mandek padahal tenggat waktu pemenuhan 100 persen itu tinggal tiga tahun lagi. Pada 2019 saja yang terpenuhi baru 63,18 persen, padahal targetnya mesti terpenuhi sekitar 75,54 persen.
![]() |
Apa mau dikata, memang progres pemenuhan target MEF sepanjang tahap II bisa dibilang minim. Pada 2014, MEF berada pada 54,97 persen. Artinya, dalam kurun waktu lima tahun pemenuhan alutsista hanya meningkat 8,22 persen.
"Percepatan pemenuhan MEF sangat dibutuhkan, mengingat hingga tahap II realisasi pemenuhan MEF masih di bawah dari target yang ditetapkan," tulis Pusat Kajian Anggaran pada 5 April lalu.
Dalam dokumen itu, pemenuhan MEF untuk TNI AL saja baru tercapai 67,57 persen. Soal anggaran pertahanan, Indonesia kalah jauh dengan negara tetangga, Singapura.
Anggaran pertahanan Indonesia rata-rata per tahun hanya berkisar di angka Rp110,4 triliun.
Sementara Singapura, dengan jumlah penduduk hanya 5,9 juta jiwa atau lebih sedikit dibandingkan penduduk Jakarta, dan 72.500 personel militer aktif serta 312.500 personel cadangan, anggaran militernya rata-rata mencapai US$11,20 miliar atau Rp162,7 triliun.
Dan akhirnya saya berharap, 53 prajurit TNI AL yang bertugas abadi di kedalaman 830 meter perairan Bali itu jadi pengingat kebutuhan alutsista Indonesia bukan hanya di lisan saja, tetapi diperjuangkan sepenuh hati.
(asa)