Kementerian Kesehatan mengaku khawatir akan kemunculan klaster Covid-19 akibat acara buka puasa bersama (bukber) yang marak di pekan terakhir Ramadan.
Dalam acara temu media bersama Kemenkes beberapa waktu lalu, Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyinggung kemunculan klaster Covid-19.
Beberapa di antaranya seperti klaster bukber, klaster tarawih di Banyumas, dan klaster Takziah di Semarang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siti Nadia mengatakan acara buka bersama beresiko tinggi menularkan Covid-19, sehingga sebaiknya dilaksanakan secara virtual.
Meski demikian, ia mengatakan bukber sebetulnya masih bisa dilakukan jika menerapkan protokol kesehatan ketat. Jika tidak memungkinkan, ia mengimbau agar warga melakukan bukber virtual.
"Bukber bisa meningkatkan risiko penularan Covid-19. Tapi bukber bisa dilaksanakan asal dengan protokol kesehatan ketat, tapi kalau gak bisa, dianjurkan bukber virtual," kata Nadia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (1/5).
Protokol kesehatan yang dimaksud Nadia termasuk menjaga jarak, menggunakan masker sebelum dan selesai makan.
Nadia juga mengatakan, idealnya peserta bukber melakukan pemeriksaan antigen sebelum mengikuti acara makan bersama. Sehingga dipastikan setiap peserta dalam keadaan sehat.
"Sebaiknya memang dilakukan rapid antigen dan memastikan tidak berkerumun saat acara," ucapnya.
Selain itu, dia juga meminta setiap peserta yang akan mengikuti bukber memastikan dirinya dalam kondisi sehat. Jika merasa kurang enak badan, maka sebaiknya tak hadir.
"Kita juga harus tahu kalau dalam kondisi kesehatan kurang baik, ya sebaiknya menunda sampai kita sehat," ujar Nadia.
Kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 1.668.368 kasus pada Jumat (30/4). Dari angka tersebut sebanyak 1.522.634 sembuh, dan 45.521 orang meninggal dunia.
(mln/dea)