Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) mengatakan Susan (31), guru di Sukabumi, Jawa Barat, yang lumpuh usai menjalani vaksinasi Covid-19 dosis kedua menderita penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS).
"Kita sudah audit dari hari Jumat 23 April lalu dengan Komda Jawa Barat, mereka melakukan investigasi. Kemudian bu guru dirawat di RSHS Bandung, jadi diagnosis dokter itu GBS. Tapi bu guru berangsur sembuh dan sudah pulang, dan minggu ini akan kontrol," kata Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (3/5).
Hindra menjelaskan GBS merupakan penyakit yang terjadi pada sistem imun dan menyerang saraf-saraf tubuh. Menurutnya, penyakit ini masuk dalam kategori autoimun. Penderita autoimun sendiri pernah menjadi salah satu kategori yang tidak bisa mendapatkan vaksin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, dalam skrining vaksinasi pemerintah yang direvisi pada 19 Maret lalu, disebutkan individu dengan penyakit autoimun laik mendapatkan vaksinasi jika penyakitnya dinyatakan stabil sesuai rekomendasi dokter merawat.
Untuk itu, Hindra menyebut susah dalam memastikan individu memiliki penyakit autoimun atau tidak saat skrining vaksinasi Covid-19. Sebab, penyakit GBS tak memiliki gejala.
"Tidak bisa skrining GBS itu, karena tidak ada gejala," ujarnya.
Lebih lanjut, Hindra memastikan kondisi Susan terpantau sudah mulai membaik. Menurutnya, Susan telah pulang dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung sejak Jumat (23/4) lalu.
Hindra menyebut penderita GBS usai disuntik vaksin Covid-19 di Indonesia baru dialami oleh Susan. Ia mengatakan masih perlu banyak data untuk memastikan apakah GBS merupakan efek vaksinasi Covid-19 atau tidak.
"Bu Guru sudah membaik, mudah-mudahan kita berdoa dapat 100 persen pulih," katanya.
Adik Susan, Yayu, sebelumnya mengatakan kakaknya menjalani vaksinasi dosis kedua pada 31 Maret lalu. Usai penyuntikan itu Susan mengeluh pusing, mual hingga pandangan buram. Susan lalu dibawa ke Rumah Sakit Palabuhanratu. Menurut Yayu, saat itu diagnosa dokter menyebut Susan memiliki autoimun.
Tidak lama di RS Palabuhanratu, Susan lalu dirujuk ke RSHS Bandung. Ia dirawat selama tiga pekan di rumah sakit tersebut. Koordinator Pelayanan Medik RSHS Bandung Zulvayanti mengatakan, saat ini Susan aktif menjalani rawat jalan usai keluar dari RSHS Bandung sejak 23 April lalu.
(khr/fra)