Novel Diduga Tak Lolos Tes, BIN-BAIS Masuk Tim Penyusun Soal

CNN Indonesia
Selasa, 04 Mei 2021 15:39 WIB
Novel Baswedan dan puluhan pegawai KPK disebut tak lolos tes wawasan kebangsaan untuk ASN. Di balik tes itu, BIN, BAIS, hingga BNPT berperan sebagai penyusun.
Penyidik senior KPK Novel Baswedan. (Foto: Dok. KPK)

Sementara, Paryono mengaku belum melihat atau bahkan mendengar materi dan isi soal-soal dalam tes wawasan kebangsaan itu, yang berhasil menjegal 75 pegawai KPK. Ia meminta agar pertanyaan soal itu bisa ditanyakan langsung ke peserta tes.

"Saya pun tidak punya akses untuk melihat proses maupun hasilnya, termasuk misalnya apakah pertanyaan di sana ada, Habib Rizieq, atau apa. Saya nggak tahu persis," kata dia.

Sebanyak 75 pegawai, 25 di antaranya adalah pengurus inti wadah pegawai KPK dan penyidik senior Novel Baswedan diduga tak lolos tes tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sumber CNNIndonesia.com yang ikut dalam tes mengatakan, soal-soal dalam TWK lebih banyak mengajukan pertanyaan soal wawasan radikalisme. Misalnya, kata dia, soal bertanya tentang Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), hingga Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).

"Pertama, kenal Rizieq [Rizieq Shihab] enggak, terus tanggapan tentang pembubaran FPI dan HTI seperti apa. Terus LGBT, aneh juga itu. LGBT dilarang di Indonesia, terus tanggapan saudara seperti apa," katanya mencontohkan soal itu.

Untuk soal-soal itu, ia memperkirakan porsinya antara 70-80 persen. Soal dibuat dalam pilihan ganda dan esai. Dengan pertanyaan itu, ia oleh karenanya mengaku heran belakangan mendengar namanya tak lulus tes. Padahal, ia menganggap soal-soal itu terlalu mudah untuk dijawab.

"Ini sebetulnya tes yang menurut saya itu sangat gampang dan saya pun jadi agak banyak tanya masa enggak lulus. Kira-kira itu. Jebloknya di mana," katanya.

Sedangkan, untuk soal wawasan kebangsaan, ia justru hanya mendapati lewat soal-soal tentang separatis Papua. Soal-soal itu menyinggung tentang OPM, DI/TII, PKI, termasuk HTI dan FPI.

Membaca soal-soal itu, ia menduga ada upaya terstruktur untuk menyingkirkan paham ekstrem kanan dan kiri--merujuk definisi spektrum politik-- di internal KPK. Di sisi lain, ia masih heran dirinya masuk dalam daftar 75 orang yang tak lulus tes.

"Karena background saya juga enggak ada radikal kiri, enggak ada radikal kanan, kan jawabnya gampang banget," ujarnya.

(thr/wis)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER