Dihubungi terpisah, Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo memprediksi kebijakan mudik kali ini justru akan memperburuk kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia.
Dia mengingatkan kasus Covid-19 mengalami lonjakan 93 persen usai mudik Lebaran 2020. Padahal, saat itu Salat Tarawih, Salat Id, dan buka puasa bersama dilarang.
"Sekarang malah kasus 10 kali lipat dari tahun lalu, boleh buka bersama, tarawih, nanti katanya Salat Ied boleh berjemaah. Ini kan semua berisiko tinggi menjadi penularan dan akan membebani rumah sakit," kata Windhu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (10/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Windhu menyebut animo warga untuk mudik juga dipicu kebijakan paradoks pemerintah. Ia mengkritik langkah pemerintah yang menggembar-gemborkan penurunan jumlah kasus harian.
Padahal, kasus turun saat jumlah tes turun. Selain itu, Windhu menilai pemerintah terlalu melenakan masyarakat dengan kabar vaksinasi.
Setelah itu, pemerintah dinilai tak serius melarang mudik. Dia menyoroti kebijakan pembukaan tempat wisata saat mudik dilarang.
Windhu menilai saat ini sudah terlambat membenahi pengaturan mudik Lebaran. Sejumlah pos penyekatan telah diterobos pemudik. Petugas di lapangan tak berdaya menekan animo warga untuk pulang kampung.
Menurutnya, saat ini harapan hanya ada di daerah agar serius menerapkan aturan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro.
"Bagaimana mereka yang datang tidak boleh langsung ke rumah, tetapi dilaporkan dulu ke satgas daerah untuk dikarantina 5-10 hari," ucapnya.
"Ujiannya sekarang ini. Kalau PPKM Mikro bukan sekadar papan nama, harus berfungsi dong sekarang. Bagaimana RT/RW di desa dan kelurahan di daerah tempat tujuan itu bisa menangkal para pemudik yang bocor," ujar Windhu menambahkan.
(dhf/ain)