Ahli Pertanyakan Validitas Data 4.123 Pemudik Positif Covid
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mempertanyakan validitas data pemerintah terkait 4.123 orang pemudik terkonfirmasi positif Covid-19. Menurutnya, jika data itu valid, kondisi pandemi virus corona di Indonesia akan serupa dengan India.
Pemerintah melaporkan dari 6.742 tes acak di pos penyekatan larangan mudik, didapatkan sebanyak 4.123 warga di antaranya terkonfirmasi positif Covid-19. Positivity rate mencapai 61,15 persen.
"Data itu valid tidak? Kalau itu valid, itu luar biasa, itu badai, kalau perlu lockdown atau tutup semua akses. Itu juga alarm, tanda bom waktu saya pikir, kalau benar itu valid di lapangan luar biasa ya, kita akan siap-siap seperti India," kata Hermawan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (11/5).
Hermawan menilai bila validitas data itu memang benar terjadi di lapangan, maka ia tak bisa membayangkan berapa kasus Covid-19 di luaran sana yang tidak terjaring oleh tes deteksi virus corona. Apalagi ditambah dengan mobilitas massal yang terjadi jelang Idulfitri 1442 Hijriah, transmisi Covid-19 sudah jelas mudah terjadi.
Hermawan pun lantas menyoroti sektor pariwisata yang masih tak dilarang sepenuhnya. Pemerintah kali ini hanya membatasi sektor pariwisata berdasarkan zonasi, padahal zonasi menurutnya sangat dipengaruhi faktor jumlah pemeriksaan yang dilakukan, bukan kasus Covid-19 yang sesungguhnya terjadi di wilayah itu.
"Saya khawatir sekali apalagi pariwisata masih diizinkan. Makanya saya hampir putus asa melihat sikap pemerintah, kenapa hal sederhana yang bisa dilogika masih juga terjadi kontra kebijakan yang terjadi," ungkapnya.
Lihat juga:Pemerintah: 4.123 Pemudik Positif Covid-19 |
Hermawan juga meminta pemerintah segera menutup pintu masuk seluruh Warga Negara Asing (WNA). Hermawan menyebut kebijakan itu penting segera ditetapkan, lantaran saat ini Indonesia sudah mencatat tujuh varian corona yang berhasil teridentifikasi, yakni varian D614G, B117, N439K, E484K, B1525, B1617, dan B1351.
"Seiring mudik dilarang, ya jangan jadi alasan seperti KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas) atau apapun. Seharusnya kedatangan WNA tetap tidak bisa ditoleransi. Karena kita sama halnya saat ke negara lain kita juga dibatasi," pungkas Hermawan.
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengaku tak yakin dengan temuan pemerintah. Sebab, pemerintah tak gamblang menjelaskan pemeriksaan Covid-19 apa saja yang digunakan.
Pandu menduga pemeriksaan itu beberapa di antaranya menggunakan GeNose yang menurutnya kerap menghasilkan ketidakakuratan, baik false negatif maupun false positif.
"Tesnya pakai apa sih? tidak mungkin PCR pasti pakai GeNose tuh. Kalau pakai tes tidak akurat, prosedur mau random, angka segitu tidak akurat. Itu hanya dipakai takut-takutin orang," kata Pandu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (11/5).
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto sebelumnya menyampaikan dari ribuan orang pemudik yang covid-19 itu, sebanyak 1.686 orang di antaranya langsung menjalani isolasi mandiri, sementara ada 75 orang yang dirawat di rumah sakit.
Namun Airlangga tidak merinci, kondisi penanganan terhadap 2.362 pemudik lain yang tak disebutkan. Meski begitu, Satgas Penanganan Covid-19 memastikan seluruh warga yang positif covid-19 itu langsung dikawal untuk menjalani karantina dan perawatan.
(khr/pmg)