Satgas Sebut Tes Acak 6.742 Pemudik Pakai Rapid Test Antigen

CNN Indonesia
Selasa, 11 Mei 2021 14:36 WIB
Dalam pemeriksaan di pos penyekatan pemudik, pemerintah melaporkan dari 6.742 tes acak, didapatkan konfirmasi positif sebanyak 4.123 orang.
Foto ilustrasi. Penumpang mengantre untuk mengikuti rapid test antigen di Stasiun Senen, Jakarta Pusat. Setiap calon penumpang yang mengikuti tes dikenakan biaya Rp105 ribu. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memastikan seluruh hasil pemeriksaan acak terhadap warga di pos penyekatan mudik dilakukan menggunakan rapid test antigen. Apabila didapati positif Covid-19, maka akan dilakukan validasi menggunakan PCR swab.

"Test awalnya screening rapid test antigen, konfirmasi dengan PCR, dan dilakukan 2 kali sampai negatif," kata Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Alexander K. Ginting melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Selasa (11/5).

Dalam hal pemeriksaan acak di pos penyekatan pemudik ini, pemerintah juga telah melaporkan dari 6.742 tes acak, didapatkan konfirmasi positif sebanyak 4.123 orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari temuan itu, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto menyampaikan sebanyak 1.686 orang di antaranya langsung menjalani isolasi mandiri.

Selain itu, ada 75 orang yang dirawat di rumah sakit. Namun Airlangga tidak merinci, kondisi penanganan terhadap 2.362 pemudik lain yang tak disebutkan. Namun demikian, Alex memastikan seluruh warga yang positif Covid-19 itu langsung dikawal untuk menjalani karantina.

"Mereka tetap menjalani karantina. Kalau kontak erat karantina sampai 14 hari. Kalau sakit maka di rawat di rumah sakit," jelasnya.

Dihubungi terpisah, Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengaku tak yakin dengan temuan itu. Sebab, pemerintah tak gamblang menjelaskan pemeriksaan Covid-19 apa saja yang digunakan.

Pandu bahkan menduga pemeriksaan itu beberapa di antaranya menggunakan GeNose yang menurutnya kerap menghasilkan ketidakakuratan, baik false negatif maupun false positif.

"Tesnya pakai apa sih? tidak mungkin PCR pasti pakai GeNose tuh. Kalau pakai tes tidak akurat, prosedur mau random, angka segitu tidak akurat. Itu hanya dipakai takut-takutin orang," kata Pandu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (11/5).

Pandu berharap pemerintah segera membenahi strategi tes, telusur dan tindak lanjut (3T) mengingat saat ini dua dari 'Variant of Concern' yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah masuk ke Indonesia, yakni varian B117 dan B1617.

Ia juga menilai peningkatan kasus Covid-19 pasca-Lebaran jelas ada. Bahkan menurutnya, bisa-bisa potensi kenaikan kasus dalam waktu dekat akan menyebabkan kondisi krisis yang lebih parah, dari yang sempat dialami Indonesia pada Januari 2021 lalu.

Ia pun meminta upaya mitigasi dari pemerintah seperti menyiapkan fasilitas kesehatan yang memadai, juga sumber daya manusia yang mencukupi.

"Kondisi tahun ini sudah berbeda dari tahun lalu," ujarnya.

(khr/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER