Kesaksian Gempita di Kompleks Parlemen Saat Soeharto Lengser

CNN Indonesia
Jumat, 21 Mei 2021 16:39 WIB
Kesaksian seorang aktivis '98 saat para mahasiswa yang menduduki kompleks parlemen mendengar pidato mundurnya Soeharto dari kursi presiden pada 1998 silam.
Para aktivis mahasiswa yang menduduki kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, 20 Mei 1998. (AFP/KEMAL JUFRI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ratusan ribu orang mahasiswa menduduki kompleks parlemen, Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, sejak 18 Mei 1998. Gerakan massa itu mengiringi runtuhnya rezim Orde Baru dan 32 tahun pemerintahan Presiden kedua RI Soeharto.

Taufik Basari, salah seorang aktivis mahasiswa '98 yang kini berstatus Anggota DPR RI, menyebut mahasiswa menerobos masuk Kompleks Parlemen sejak pagi hari.

Mereka mendesak penyelenggaraan Sidang Istimewa MPR untuk menurunkan Soeharto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian mahasiswa duduk-duduk di taman menunggu keputusan Negara. Sebagian lagi berjalan-jalan di sekitar Kompleks Parlemen. Sebagian lagi naik ke atas Gedung Kura-kura yang berada di pusat kompleks parlemen itu dan mendengar orasi berbagai tokoh pergerakan.

Taufik menyebut mahasiswa sempat terbelah pada 19 Mei 1998. Setelah menginap semalam di Senayan, sebagian kelompok ingin bergerak ke Istana meningkatkan tekanan.

"Jelang tanggal 20, tanggal 19 malam ada instruksi Pangab meminta tidak ada yang berjalan ke arah Istana karena akan ditembak di tempat. Isunya begitu. Kita akhirnya sebagian besar merasa tidak perlu ke sana," kata Taufik saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (20/5).

"Salah satu yang mendorong ke Istana kan Amien Rais," ucap dia yang kala itu tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Indonesia

Menurutnya sebagian kelompok enggan ke Istana karena tak mau dikaitkan dengan gerakan Amien Rais. Mereka ingin melanjutkan perjuangan tanpa terlibat politik praktis.

Para aktivis mahasiswa gabungan dari berbagai kampus dan elemen itu pun akhirnya menginap satu malam lagi di Senayan. Mereka mengisi waktu dengan orasi secara bergantian. Inti setiap orasi sama: 'Soeharto harus lengser!'

Keesokan paginya, doa para mahasiswa itu terkabul. Soeharto berpidato di Istana Negara, Jakarta Pusat.

Pidato yang menyatakan dirinya mundur dari jabatan Presiden RI itu disiarkan di stasiun televisi nasional.

Taufik mengatakan hanya sebagian mahasiswa di Senayan yang menyaksikan pidato itu. Pasalnya, televisi hanya tersedia di pos satpam.

"Begitu berita itu di televisi, disampaikan pernyataan pengunduran diri, langsung semua menyampaikan kepada teman-teman yang lain. Akhirnya, kita bersorak sorai bergembira. Macam-macam lah," ucap Taufik sembari tertawa.

Mahasiswa saat itu merayakan kemenangan mereka di Kompleks Parlemen. Orasi demi orasi masih berlanjut. Namun, kegembiraan tak berlangsung lama.

Tepat 20 tahun lalu Soeharto memutuskan mundur dari tampuk kepemimpinan Republik Indonesia dengan membacakan pidato berikut:

Halaman selanjutnya menceritakan kebingungan di kalangan aktivis mahasiswa usai Soeharto lengser.

Soeharto Lengser, Selanjutnya Apa?

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER