Aktivis '98 Taufik Basari mengatakan setelah mendengar lengsernya Soeharto dari kursi presiden, para mahasiswa yang menduduki kompleks parlemen pun bersorak-sorai. Orasi demi orasi masih berlanjut, namun sambung Taufik, kegembiraan tak berlangsung lama.
Taufik menyebut mahasiswa kembali terbelah.
Kala itu, sebagian kelompok merasa perjuangan telah usai. Pengunduran diri Soeharto dinilai sebagai kemenangan yang telah didambakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian lainnya merasa belum cukup. Mereka ingin Orde Baru dibabat habis. Menurut mereka, sejumlah kroni Soeharto masih bercokol di pemerintahan.
"Ada lagi yang tiba-tiba muncul, kelompok Islam garis keras yang sebelumnya tidak tampak sama sekali. Mereka tiba-tiba mendukung Habibie menjadi presiden," ucapnya.
Lihat juga:FOTO: Panas Gelombang Reformasi 1998 |
Di tengah perdebatan, mereka dapat kabar bahwa militer akan menyerbu Senayan--sebutan lain untuk kompleks parlemen. Mahasiswa pun membentuk tim kecil untuk merumuskan jalur evakuasi jika hal itu terjadi.
Taufik masuk dalam tim tersebut. Mereka menyisir sisi-sisi pagar Kompleks Parlemen.
Lalu, mereka memutuskan akan lari lewat Manggala Wanabakti [kini menjadi kompleks kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK] jika penyerbuan berlangsung.
Waktu demi waktu pun berlalu, penyerbuan hanya isu. Sebagian mahasiswa menetap di Senayan. Sebagian besar berlangsung pulang tanpa kejelasan kelanjutan perjuangan.
"Terus terang kita kebingungan, 'What's next?' Kepemimpinan gerakan sengaja tidak kita munculkan, pusatkan ke satu-dua orang. Akhirnya, pas sudah sampai klimaks, kita enggak tau harus ikut komando yang mana," ujar Taufik yang sebelum menjadi politikus dikenal sebagai aktivis di LBH Jakarta dan YLBHI.
![]() |