Kesaksian Gempita di Kompleks Parlemen Saat Soeharto Lengser
Ratusan ribu orang mahasiswa menduduki kompleks parlemen, Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, sejak 18 Mei 1998. Gerakan massa itu mengiringi runtuhnya rezim Orde Baru dan 32 tahun pemerintahan Presiden kedua RI Soeharto.
Taufik Basari, salah seorang aktivis mahasiswa '98 yang kini berstatus Anggota DPR RI, menyebut mahasiswa menerobos masuk Kompleks Parlemen sejak pagi hari.
Mereka mendesak penyelenggaraan Sidang Istimewa MPR untuk menurunkan Soeharto.
Sebagian mahasiswa duduk-duduk di taman menunggu keputusan Negara. Sebagian lagi berjalan-jalan di sekitar Kompleks Parlemen. Sebagian lagi naik ke atas Gedung Kura-kura yang berada di pusat kompleks parlemen itu dan mendengar orasi berbagai tokoh pergerakan.
Taufik menyebut mahasiswa sempat terbelah pada 19 Mei 1998. Setelah menginap semalam di Senayan, sebagian kelompok ingin bergerak ke Istana meningkatkan tekanan.
"Jelang tanggal 20, tanggal 19 malam ada instruksi Pangab meminta tidak ada yang berjalan ke arah Istana karena akan ditembak di tempat. Isunya begitu. Kita akhirnya sebagian besar merasa tidak perlu ke sana," kata Taufik saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (20/5).
"Salah satu yang mendorong ke Istana kan Amien Rais," ucap dia yang kala itu tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Indonesia
Menurutnya sebagian kelompok enggan ke Istana karena tak mau dikaitkan dengan gerakan Amien Rais. Mereka ingin melanjutkan perjuangan tanpa terlibat politik praktis.
Para aktivis mahasiswa gabungan dari berbagai kampus dan elemen itu pun akhirnya menginap satu malam lagi di Senayan. Mereka mengisi waktu dengan orasi secara bergantian. Inti setiap orasi sama: 'Soeharto harus lengser!'
Keesokan paginya, doa para mahasiswa itu terkabul. Soeharto berpidato di Istana Negara, Jakarta Pusat.
Pidato yang menyatakan dirinya mundur dari jabatan Presiden RI itu disiarkan di stasiun televisi nasional.
Taufik mengatakan hanya sebagian mahasiswa di Senayan yang menyaksikan pidato itu. Pasalnya, televisi hanya tersedia di pos satpam.
"Begitu berita itu di televisi, disampaikan pernyataan pengunduran diri, langsung semua menyampaikan kepada teman-teman yang lain. Akhirnya, kita bersorak sorai bergembira. Macam-macam lah," ucap Taufik sembari tertawa.
Mahasiswa saat itu merayakan kemenangan mereka di Kompleks Parlemen. Orasi demi orasi masih berlanjut. Namun, kegembiraan tak berlangsung lama.
Lihat juga:KPK dan Warisan Reformasi yang Mulai Luntur |
Halaman selanjutnya menceritakan kebingungan di kalangan aktivis mahasiswa usai Soeharto lengser.