IDAI Sebut Tiap Pekan Dua Anak Meninggal karena Covid

CNN Indonesia
Sabtu, 26 Jun 2021 14:03 WIB
Ilustrasi pemulasaraan pasien Covid-19 dengan protokol khusus. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman B Pulungan mengatakan setiap satu minggu setidaknya terdapat dua anak yang meninggal karena Covid-19 di nusantara.

Angka tersebut merujuk pada data yang dihimpun jejaring dokter anak se-Indonesia itu sejak 14 pekan lalu.

"Setiap minggu ada dua anak yang meninggal," kata Aman dalam webinar Kajian Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka di Provinsi DKI Jakarta yang disiarkan secara live di kanal Youtube Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI), Sabtu (26/6).

Ia menerangkan hingga saat ini, jumlah anak yang terinfeksi Covid-19 sebanyak 12,3 persen dari kasus kumulatif nasional. Sebanyak 2,5 persen di antaranya merupakan anak usia 0-5 tahun, sementara 9,5 persen lainnya merupakan anak usia 6-18 tahun.

Aman menerangkan pihaknya memprediksi jumlah anak terinfeksi Covid-19 sudah sekitar 200 ribuan. Namun, jumlah yang terdaftar di IDAI hanya sekitar 100 ribuan anak.

"Jadi berarti banyak sekali anak -anak ini belum terdeteksi dan bisa tiba-tiba datang ke IGD, parah, dan meninggal," kata Aman.

Kesulitan Akses Data Pemerintah

Aman mengatakan IDAI telah memantau kasus-kasus Covid-19 pada anak sejak wabah yang menjadi pandemi global itu melanda pada 2020 silam. Mereka pun mandiri mengumpulkan data dari seluruh jejaring dokter anak se-Indonesia.

Data tersebut, sambungnya, terus memutakhirkannya saban Senin ketika para anggota IDAI berkumpul setidaknya selama dua jam.

"Kebetulan kita mengikuti setiap Minggu, sejak Maret 2020 setiap hari Senin seluruh ketua cabang IDAI dengan PIC ktia kumpul minimal 2 jam membahas, karena kita tidak dapat data dari pemerintah, akhirnya kita dapat data dari seluruh dokter anak," ujarnya.

Aman mengatakan, mulanya banyak pihak yang menyebut bahwa Covid-19 tidak bisa menginfeksi anak-anak dan mereka tidak bisa meninggal karena virus ini. IDAI bahkan sempat dituding sebagai organisasi masyarakat (Ormas) yang menyebarkan ketakutan.

Namun, sambungnya, pada kenyataannya grafik data anak yang terpapar Covid-19 terus naik dan tidak menunjukkan adanya penurunan. Selain itu, dari grafik tersebut juga tidak menunjukkan adanya gelombang kedua.

"Sejak Maret [2020], IDAI sudah mengatakan anak bisa Covid dan anak bisa meninggal," tutur Aman.

Aman menyebut lebih dari 50 persen anak yang meninggal masih berusia balita dan 30 persen di antaranya berusia 10-18 tahun. Menurutnya, orang tua kerap mengalami kesulitan saat mengatur anak-anak yang berusia belasan tahun ini bersekolah.

Oleh karena itu, ia mengatakan IDAI menyayangkan masih ada pihak-pihak yang mendebat perihal kematian anak karena Covid tersebut. Ia bahkan menantang orang yang meremehkan data kematian anak ini ke pemakaman guna melihat berapa pusara tempat anak-anak dikuburkan.

"Bagi kami sebetulnya satu anak pun tidak boleh ada yang meninggal," ujar Aman.

Sebelumnya, berdasarkan data Satgas Covid-19 pada 11 Juni, setidaknya 1,2 persen anak Indonesia di bawah usia 18 tahun meninggal akibat terpapar Covid-19. Jika dihitung dari jumlah kasus kumulatif, jumlah anak-anak yang meninggal sekitar 630 orang.

(iam/kid)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK