Kembang Kempis RS di DIY Tangani Pasien Covid-19

CNN Indonesia
Senin, 28 Jun 2021 16:09 WIB
Lonjakan kasus Covid-19 membuat sejumlah rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kelimpungan. Tenaga kesehatan turut dihantui penularan Covid.
Lonjakan kasus Covid-19 membuat sejumlah rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kelimpungan. Tenaga kesehatan turut dihantui penularan kasus. Foto: ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI
Yogyakarta, CNN Indonesia --

Lonjakan kasus Covid-19 membuat sejumlah rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kelimpungan. Masalah keterbatasan fasilitas perawatan termasuk risiko penularan terhadap para tenaga kesehatan (nakes) terus menghantui.

Kepala Bidang Layanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Yuli Kusumastuti menuturkan, 27 rumah sakit rujukan penanganan Covid-19, satu rumah sakit lapangan, dan beberapa jejaring rumah sakit masih bersusah payah mengimbangi penambahan kasus tiap harinya di DIY.

Bahkan, kata Yuli, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di total seluruh rumah sakit di DIY untuk penanganan pasien critical maupun non critical per hari ini telah mendekati 85 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi tidak stagnan, karena teman-teman rumah sakit terus berupaya menambah bed semampu mungkin. Karena pada satu sisi rumah sakit menerima beban ganda. Satu sisi pasien Covid harus dilayani, sisi lain rumah sakit tidak boleh menolak ketika terutama terjadi kegawatdaruratan untuk yang non Covid," kata Yuli saat jumpa pers secara daring, Senin (28/6).

Seiring peningkatan jumlah pasien, kata Yuli, beberapa rumah sakit terpaksa menutup fasilitas Instalasi Gawat Darurat (IGD) masing-masing untuk sementara waktu.

Berdasarkan monitoring oleh Dinkes DIY melalui RS Online, atau situs pemantau keterisian rumah sakit, berbagai IGD rumah sakit seperti Panti Rapih, PKU Muhammadiyah Bantul, RSUD Panembahan Senopati, RSUD Nyi Ageng Serang, RSA UGM, dan RS Prambanan sempat penuh beberapa hari terakhir. Lainnya mendekati 90 persen keterisian.

Kendati demikian, Yuli menyebut apa yang tertera pada RS Online bersifat dinamis, berubah-ubah seiring pelayanan rumah sakit dan proses entry data oleh petugas berjalan. Hitungannya bukan hari, bahkan bisa saja ada perubahan di setiap jamnya.

Kata Yuli, beberapa IGD rumah sakit per hari ini sudah bisa diakses kembali. "Teman-teman rumah sakit berupaya penutupan ini tidak berlarut-larut," sambungnya.

Pemda DIY belakangan mewacanakan pembukaan selter terpusat bagi pasien bergejala ringan guna mengurangi beban rumah sakit. Termasuk membuka rumah sakit darurat di Kabupaten Sleman menimbang tingginya kasus penularan di wilayah itu.

Sementara Direktur Utama RS Panti Rapih, Triputro Nugroho tak menampik soal kondisi IGD di rumah sakitnya yang sempat penuh dan harus ditutup.

"Di IGD beberapa hari lalu memang terjadi peningkatan drastis, sepertinya tanggal 26 (Juni) kemarin. Kapasitas rawat inap dan IGD sudah sangat melebihi," sebut Tri pada kesempatan yang sama.

Akhirnya, skema buka-tutup IGD diberlakukan demi bisa fokus ke penanganan pasien sekaligus melindungi nakes Panti Rapih.

Pada tanggal 26 Juni kemarin sempat ada 16 pasien yang dialihkan ke ruang rawat inap sembari menanti 4 tempat tidur di IGD kosong. Namun sehari berselang tinggal 2 orang dalam antrean IGD. Sebagian diperbolehkan pulang lantaran hasil swab polymerase chain reaction (PCR) menunjukkan pasien negatif Covid-19.

"Kalau IGD lagi tinggi, kita fokus dulu ke IGD. Kita tahan, karena kalau semakin crowded akan bahaya bagi petugas maupun yang mengantar pasien. Tapi kita lihat dulu kalau darurat ya kita tangani dulu," paparnya.

Selain ICU, RS Panti Rapih sendiri memiliki 46 ruang atau ranjang isolasi. Untuk saat ini kondisinya juga tak terlalu lengang.

"BOR sekitar 80, 90, bahkan 100 persen. Hari" selalu berganti karena cepatnya pergeseran pasien itu. Kondisi tertentu sudah 100, kemudian bisa dikeluarkan," ujarnya.

Nakes Bertumbangan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER