Kembang Kempis RS di DIY Tangani Pasien Covid-19

CNN Indonesia
Senin, 28 Jun 2021 16:09 WIB
Lonjakan kasus Covid-19 membuat sejumlah rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kelimpungan. Tenaga kesehatan turut dihantui penularan Covid.
Lonjakan kasus Covid-19 membuat sejumlah rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kelimpungan. Tenaga kesehatan turut dihantui penularan kasus. Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT

Direktur RSUP Dr. Sardjito Rukmono Siswishanto sementara itu mengatakan BOR di rumah sakitnya rata-rata mencapai 67 persen untuk ranjang isolasi maupun ICU.

"Kita punya 303 (tempat tidur) untuk merawat pasien Covid, anak dan dewasa. Yang mana 27 bed dari 303 adalah fasilitas ICU. Dari fasilitas yang ada sekarang ini ICU sudah di 85 persen. Artinya, kalau ada tambahan (pasien) ICU lagi mungkin kita akan kesulitan, karena diutamakan yang akan diterima tentu dari pasien yang dirawat di isolasi yang ada perburukan," paparnya.

Persoalan lain, ruang isolasi sebagian dihuni pasien non Covid-19. Mereka terlanjur menempati ranjang khusus pasien Corona karena kasus penyebaran Covid-19 di DIY sempat melandai. Kata Rukmono, butuh waktu memindahkan para pasien ini ke bagian pelayanan reguler.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika mendadak meningkat kita kelabakan juga memindahkan pasien-pasien non covid itu. Memindah ruangan itu tergantung dari jenis kelamin, tingkat penyakit, risiko infeksi, jadi agak ribet," urainya.

Mengantisipasi munculnya penumpukan pasien di tengah lonjakan kasus harian ini, pihaknya mendirikan tenda darurat di salah satu sisi rumah sakit. Fungsinya, menampung pasien sementara mereka dalam persiapan masuk menuju bagian poli, bangsal, maupun IGD.

"Pendirian tenda jangan diartikan kita sudah kolaps, Insyaallah masih aman. Kalau diperlukan, membludak, akan dipakai. Tapi alhamdulillah saat ini belum dipakai," imbuhnya.

Nakes Tumbang

Permasalahan lain yang tak kalah pelik adalah perihal ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. Rukmono berujar, mereka bukan hanya berisiko kelelahan melainkan juga terpapar virus.

"Memang ada peningkatan di bulan Februari sampai Mei rata-rata yang terpapar sebulan 30an. Di bulan Juni SDM kita yang terpapar 204. Di mana 185 isoman di rumah, 15 isolasi di fasyankes dan 4 rawat inap karena kondisinya berat," imbuh Rukmono.

"Dari 204 itu perawatan sebagian tenaga non nakes disusul perawat dan PPDS atau dokter spesialis, sama dengan perawat 44 orang. Lalu terbesar keempat adalah nakes lain, selain dokter dan perawat. Paling banyak memang non nakes," sambungnya.

Untuk mengimbangi daya tampung rumah sakit, manajemen RSUP Dr. Sardjito melakukan perekrutan relawan, dokter, bidan, perawat, radiografer total sekitar 143 orang.

"Saling mengoptimalkan yang sudah ada, karena kebutuhan rasio perawat pada ruang-ruang Covid itu berbeda dengan bangsal-bangsal non Covid," katanya.

Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta M. Komaruddin malah melihat permasalahan keterbatasan SDM termasuk nakes ini lebih mengkhawatirkan ketimbang ketersediaan tempat tidur.

Meski rumah sakitnya sempat menutup bagian pelayanan IGD beberapa waktu lalu, tapi menurut Komaruddin masalah itu sudah terpecahkan dengan mengkonversi ruangan vaksinasi menjadi tempat penanganan khusus keadaan darurat. Kata dia, bisa menampung setidaknya 12 pasien.

"Yang jadi masalah adalah SDM yang makin berkurang, dokter atau perawat. Hampir 20 persen perawat kami sudah terkonfirmasi positif. Pagi ini dapat laporan beberapa dokter jaga UGD setelah kemarin berkurang 7 dokter, beberapa dokter lain sudah muncul gejala. Kalau ruangan (isolasi dan ICU) barangkali masih bisa kita siapkan, tapi SDM sangat diperlukan," ujar Komaruddin.

Pihaknya mau tak mau mengambil jalur rekrutmen tenaga magang guna menambal kekurangan SDM. Sayangnya, dari 40 yang diundang cuma 14 di antaranya yang bersedia memenuhi panggilan. Sehingga, alih fungsi dan pengoptimalan ruangan untuk penanganan pasien Covid-19 tersendat.

Permintaan pemakaian oksigen cair untuk penanganan Covid-19, diakui Komaruddin sempat membuat pihak RS PKU Muhammadiyah ketar-ketir. Akhir pekan kemarin kebutuhannya meningkat secara signifikan.

"Itu kita stok oksigen hitungan jam, dua jam habis, dua jam habis. Kita ngangsu, ke mana pun (cari) yang penting dapat," kisahnya.

Beruntung, pihaknya segera mendapat suplier baru dan kini tak melulu mengandalkan PT. Samator Gas Industri sebagai pemasok oksigen cair.

"Kita datangkan dari Surabaya dan pernah dari Denpasar. Kita datangan satu truk 220 tabung dari Denpasar," tutupnya.

(kum/gil)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER