Satgas: Mismanagement Picu Pasien Covid Membludak di RS
Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander K. Ginting mengakui ada mismanagement dalam penanganan pasien Covid-19. Akibat mismanagement ini, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) RS rujukan di sejumlah daerah melonjak.
"Kehadiran mereka (pasien) di RS ini ada mismanagement. Di dalam penanggulangan pandemi sebetulnya bukan urusan rumah sakit yang dibereskan, yang harus dibereskan sebenarnya adalah sektor hulu," kata Alex dalam sebuah diskusi virtual, Kamis (1/7).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, lima daerah mencatat BOR di atas 85 persen per 27 Juni. Pertama ada Banten dengan tingkat BOR mencapai 92 persen, kemudian DKI Jakarta 90 persen, Jawa Barat 88 persen, Jawa Tengah 87 persen, dan DI Yogyakarta 86 persen.
Menurut Alex, rumah sakit merupakan hilir dalam penanganan pandemi Covid-19. Sementara, yang perlu mendapat perhatian adalah pekerjaan di sektor hulu, yakni penelusuran kontak alias contact tracing.
"Ini tujuannya untuk memisahkan mana orang yang terinfeksi atau terkonfirmasi, bergejala, mana yang kontak erat," ujarnya.
Alex menyebut contact tracing seharusnya menjadi kunci dalam penanganan pandemi Covid-19. Menurutnya, jika contact tracing berjalan maksimal, petugas bisa segera memisahkan warga yang sehat dengan mereka yang terinfeksi, bergejala, dan terkonfirmasi Covid.
Dengan penerapan PPKM skala mikro, kata Alex, pihak kelurahan atau desa dapat memantau dan mendampingi mereka yang tengah isolasi dan karantina setelah terpapar Covid-19.
"Bilamana dilakukan isolasi atau karantina, tidak boleh dibiarkan sendiri, harus ada pendampingan. Karena belum semua warga mengenal gejala, perjalanan penyakit, sehingga perlu pendampingan," ujar Alex.
Selain itu, Alex menyebut Puskesmas harus banyak berperan untuk mendampingi posko-posko desa dan kelurahan. Pasalnya, Puskesmas merupakan pihak yang ahli dalam contact tracing.
Namun, saat ini Puskesmas memiliki beban kerja yang tinggi. Petugas Puskesmas di sisi lain juga harus melaksanakan vaksinasi hingga merawat kesehatan pasien.
"Kemudian disuruh mendampingi, tentu waktu akan berkurang. Apalagi kalau semua tenaga di Puskesmas harus contact tracing, akhirnya Puskesmas kekurangan tenaga," kata Alex.
Oleh sebab itu, Alex meminta Satgas di tingkat kabupaten/kota bisa banyak berperan mendukung tingkat desa dan kelurahan. Sepanjang contact tracing tak dilakukan maksimal dan isolasi mandiri tak mendapat pendampingan, pasien masuk RS akan membludak.
(dmi/fra)