Sementara itu, salah seorang driver ojek online Muhammad Shofi (23) mengaku memahami PPKM Darurat seperti aturan PSBB yang diterapkan di DKI Jakarta 2020 lalu.
Meski mengaku pasrah dan menyatakan akan mengikuti keputusan pemerintah, kebijakan pengetatan biasanya akan berdampak terhadap pendapatannya.
"Perubahannya drastis banget. Jadi itu ada penurunan mungkin bisa sampai 50 persen," kata Shofi saat ditemui di trotoar Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Shofi, tukang ojek online bergantung pada jumlah orderan yang didapatkan dalam sehari.
Pada hari normal, biasanya driver ojek online menyelesaikan 10 trip atau perjalanan. Menurutnya rekan-rekan ojek online-nya khawatir hanya bisa mendapatkan satu hingga dua orderan dalam sehari.
"Padahal ada yang sudah keluarga kan. Kalau yang masih single sih nggak masalah," ujarnya.
Salah satu marbot masjid Baiturrahman Saharjo, Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan, Asmat, menolak keputusan pemerintah menutup tempat ibadah selama PPKM Darurat.
"Masalah tutup total sih kurang bagus. Itu (penutupan tempat ibadah) kan masing-masing hak orang. Kalau mau tutup silakan tutup, kita hak pendapat sih masjid dibuka," kata Asmat saat ditemui di serambi masjid belum lama ini.
Ia meyakini bahwa masjid merupakan tempat yang suci sehingga tidak ada penularan virus. Sejak masuk masjid, orang-orang mencuci tangan atau mengambil air wudu.
![]() |
Asmat protes masjid harus ditutup sementara pasar tetap dibuka. Menurutnya, penyebaran penyakit justru terjadi di pasar, bukan di masjid.
"Masjid nggak bakal kena virus kan tempat suci, bersih," kata Asmat.
Menurutnya, ibadah di masjid tetap bisa dilaksanakan dengan protokol kesehatan. Pihak masjid telah menyiapkan tempat cuci tangan dan menyemprot disinfektan.
(iam/psp)