ANALISIS

Timpang PPKM Luar Jawa-Bali di Tengah Momok Varian Baru Covid

CNN Indonesia
Kamis, 08 Jul 2021 10:40 WIB
Daerah di luar Jawa dan Bali tidak menerapkan PPKM Darurat. Kebijakan ini dianggap berbahaya di tengah ancaman gelombang varian baru corona.
Ilustrasi kampanye melawan virus corona. (AP/Marcio Jose Sanchez)

Windhu mengingatkan fasilitas kesehatan RS di luar Jawa dan Bali tidak terlalu baik. Kondisi itu, ditambah kebijakan tak tepat sasaran di masa mewabahnya varian baru, bisa menjadi ancaman yang berbahaya bagi penanganan Covid-19 di daerah terkait.

"Kalau dapat respons berbeda, kan kita tahu apa yang ada di hulu itu mengalir ke bawah ke kapasitas rumah sakit. Di daerah luar Jawa, bagaimana kondisi rumah sakitnya dibandingkan Jawa, kan lebih jelek," ujarnya.

Berangkat dari itu, menurutnya, kebijakan yang dipilih untuk daerah di luar Pulau Jawa dan Bali seharusnya lebih ketat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau menurut saya, di luar Jawa harusnya lebih ketat, atau minimal sama ketatnya, bukan lebih longgar. Bahayanya di hilir, kesiapan hilir di sana lebih buruk dibandingkan di Jawa," ujar Windhu.

Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengatakan bahwa kasus penularan Covid-19 tidak bisa dianggap enteng.

Menurutnya, jumlah kasus di luar Jawa dan Bali terlihat kecil karena jumlah tes yang sedikit.

Dengan kondisi tersebut, dia menyarankan agar beberapa wilayah di luar Jawa dan Bali, terutama daerah-daerah di Pulau Sumateramendapatkan perhatian ekstra karena angka kematiannya konsisten berada di titik yang tinggi.

"Kelihatannya Jawa ini tinggi kematiannya, tapi kalau dibandingkan jumlah penduduknya sebenarnya lebih bermasalah di luar Jawa," kata Lina.

Ia mengatakan kunci utama dalam penanganan Covid-19 saat ini ialah menggencarkan pelacakan alias tracing. Menurutnya, pemerintah harus kembali menggencarkan pelacakan kasus Covid-19 bila ingin segera keluar dari situasi pandemi seperti saat ini, seperti yang dilakukan oleh Singapura.

"Intinya utamanya tracing sebenarnya, tapi enggak ada yang memperhatikan kecuali 4,5 bulan kemarin kita kerahkan hampir 8.000 tracer. Lihat Singapura yang mau new normal, testing, tracing, dan vaksinasi, tidak ada treatment," ujar Lina.

"Treatment itu yang sekarang kita lakukan menambah tempat tidur, obat, kemudian tenaga kesehata. Apakah pandeminya akan berakhir dengan begitu? Tidak," tambahnya.

(mts/wis)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER