ANALISIS

Pandemi dan Tiket Emas 2024

Dewi Safitri | CNN Indonesia
Jumat, 09 Jul 2021 09:09 WIB
Pandemi mau tak mau jadi ajang beauty contest bagi pemimpin daerah dan pusat untuk berlaga di Pilpres 2024.
Oksigen mulai langka di tengah meroketnya jumlah positif Covid. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim)

Sorotan serupa akan diterima figur non-kepala daerah seperti Airlangga karena statusnya sebagai koordinator penanganan Covid sekaligus pemulihan ekonomi nasional. Djayadi Hanan menandai sejauh ini sudah muncul kritik yang menganggap Airlangga hanya fokus pada pemulihan ekonomi.

Kritik semacam ini diprediksi akan mengikuti jejaknya di kontestasi 2024.

"Kondisi sangat darurat yang dialami kita sekarang di bulan Juli 2021 ini antara lain karena sangat lambatnya respons pemerintah terhadap isu kesehatan karena yang dipikirkan lebih dahulu adalah ekonominya. Demikian juga figur lain seperti Puan dan Prabowo, pasti orang akan melihat apa yang dia lakukan selama pandemi, meski mungkin tugas pokoknya tidak terkait langsung dengan masalah pandemi di lapangan," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baik Sirojudin dan Djayadi mengingatkan selain kinerja di tengah pandemi, ada faktor lain yang secara tradisional punya pengaruh pada keunggulan calon. Misalnya popularitas hingga resistensi publik terhadap tokoh.

"Pemilih tahu dan mencatat dengan baik siapa pemimpin yang bekerja mengatasi masalah saat ini. Pemilih juga pasti mencatat partai-partai mana yang telah berjasa mengatasi masalah negara saat ini. Reward dan punishment dari pemilih pasti akan disiapkan bagi tokoh-tokoh dan partai politik pada pemilu legislatif, Pilpres dan Pilkada 2024," kata Sirojudin.

Politics is personal

Hingga Kamis (8/7) kondisi krisis di Indonesia belum membaik. Kasus positif mencapai rekor dengan 38.291 orang, sedang jumlah korban akibat Covid sempat melampaui rekor pada Rabu (7/7) dengan 1.040 orang meninggal dunia dalam sehari.

Duka cita, kebingungan, kemarahan dan campur-baur emosi dalam pandemi ini menurut Djayadi Hanan akan turut mewarnai kecenderungan pemilih. Terutama bagi mereka yang merasakan dampak berat dari pandemic secara langsung.

"Pandemi adalah peristiwa sangat personal. Apalagi bila misalnya ada keluarga meninggal, mengalami kesulitan mencari layanan kesehatan, serta kesulitan lain. Pengalaman seperti ini pasti akan menjadi salah satu pertimbangan pemilih dalam membandingkan calon-calon pemimpin nasional 2024. Politics, to a significant extent, is personal," kata Djayadi.

Sejak tahun lalu sempat muncul beberapa narasi tentang peluang Presiden Joko Widodo dipilih untuk ketiga kalinya.

Di tengah derasnya kritik terhadap penanganan pandemi yang buruk oleh pemerintah, usulan itu kemudian meredup terutama setelah dibantah sendiri oleh Presiden Jokowi.

(stu)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER