Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengatakan penambahan fasilitas kesehatan (faskes) jadi solusi pemerintah untuk menekan lonjakan kematian akibat covid-19).
Faskes diharapkan bisa merawat warga yang positif Covid-19 terutama dengan gejala berat.
"Angka kematian yang tinggi ini berimbas pula dari kenaikan kasus yang tinggi. Saat ini pemerintah fokus mencari solusi penanggulangannya, yaitu dengan meningkatkan kapasitas faskes secara terus menerus," kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (8/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Strategi lainnya menurut Wiku adalah dengan menambah jumlah tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19, meski ia tidak merinci berapa rasio penambahannya. Ia juga mengatakan pemerintah terus berupaya menjamin penerapan manajemen kesehatan yang baik dan merata secara nasional.
Selain itu, Wiku mengatakan pemerintah telah meminta pemerintah daerah untuk mengkonversi jumlah kamar dalam perawatan Covid-19 di setiap rumah sakit (RS). Apabila RS tersebut masuk zona merah atau tingkat keterisian tempat tidur di atas 80 persen, maka pihak rumah sakit harus mengkonversi minimal 40 persen tempat tidur rawat inap untuk pasien covid-19, serta mengkonversi minimal 25 persen ICU dari ruang rawat inap.
Selanjutnya, untuk zona kuning atau BOR di atas 60-80 persen, pemerintah meminta rumah sakit mengkonversi minimal 30 persen tempat tidur rawat inap untuk pasien covid-19, serta mengkonversi minimal 15 persen ICU dari ruang rawat inap.
Sementara untuk zona hijau atau BOR di bawah 60 persen, maka pihak rumah sakit harus mengkonversi minimal 20 persen tempat tidur rawat inap untuk pasien covid-19, serta mengkonversi minimal 10 persen ICU dari ruang rawat inap.
"Kebijakan pemerintah saat ini untuk mencegah kematian, baik dengan menambah jumlah nakes, distribusi pasien sesuai gejala, dan konversi tempat tidur serta pembuatan RS darurat harus diikuti dengan partisipasi masyarakat untuk taat melakukan upaya preventif sesuai yang tertuang dalam peraturan," ungkapnya.
Lebih lanjut, Wiku juga meminta agar pemerintah daerah fokus pada pasien covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah mereka masing-masing. Sebab lonjakan kasus covid-19 juga ditengarai dimulai saat warga memilih isolasi mandiri namun masih kurang disiplin sehingga mengakibatkan penularan anggota keluarga lainnya.
Selain itu, pasien isolasi mandiri yang kebanyakan merupakan jenis pasien covid-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala tanpa perawatan khusus dikhawatirkan mengalami perburukan gejala.
"Mohon kepada seluruh pemerintah daerah untuk terus meningkatkan pantauan kepada pasien isolasi mandiri agar dapat ditangani dengan cepat apabila terjadi perburukan," pungkasnya.
Indonesia dalam sepekan terakhir terus mencatat rekor baru kematian warga akibat terpapar covid-19. Sejak tanggal 4 Juli kasus kematian mencapai 555 kasus sehari, dan bertambah di 5 juli dengan 558 kasus. Kemudian kasus meningkat hingga 728 pada 6 Juli dan melonjak menjadi 1.040 pada 7 Juli.
Sementara pada hari ini, 8 Juli, kasus kematian mengalami penurunan menjadi 852 kasus kematian dalam sehari. Sehingga secara kumulatif, sebanyak 63.760 warga Indonesia meninggal dunia akibat terpapar covid-19 dalam kurun waktu 16 bulan terakhir.
(khr/sur)