Epidemiolog Prediksi 4,7 Juta Kasus Covid DKI Tak Terdeteksi
Hasil survei Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menyebut bahwa lebih dari 90 persen kasus Covid-19 di DKI Jakarta tak terdeteksi.
Epidemiolog sekaligus anggota tim survei Pandu Riono menyebut, dari sekitar 10,6 juta penduduk DKI, hanya 8,1 persen atau 380 ribu kasus Covid-19 yang terdeteksi dan masuk sistem atau penghitungan pemerintah per akhir Maret.
"Jadi sistem kita, yang terdeteksi hanya sekitar 8,1 persen. Jadi yang tidak terdeteksi kira-kira lebih, bulatkan, 90 persen. Jadi 90 persen orang yang terinfeksi tidak terdeteksi oleh sistem," ujar Pandu dalam paparannya, Sabtu (10/7).
Perkiraan angka 90 persen yang tak terdeteksi itu, jelasnya, berdasarkan hasil survei yang ia lakukan selama dua pekan hingga 31 Maret, terhadap 4.919 responden di usia 1 tahun ke atas dengan metode sample sertified multistage sampling design.
Responden tersebar di seluruh wilayah administrasi DKI Jakarta, di lima kota enam kabupaten
Pandu pun memperkirakan kasus kumulatif Covid-19 di DKI yang tidak terdeteksi itu mencapai 4,7 juta orang atau 44,5 persen dari jumlah penduduk DKI Jakarta.
Dengan kesimpulan itu, dia menyebut tingkat deteksi kasus di DKI masih cukup rendah, kendati standar tes DKI dilaporkan telah jauh melebihi standar minimum yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO).
"Kesimpulannya bahwa deteksi kasus Covid-19 di Jakarta itu masih rendah. Kalau kita melihat penduduk Jakarta 10,6 juta," kata dia.
Merujuk laporan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, tingkat pegetesan atau testing harian di Ibu Kota saat ini mencapai 40 ribu sehari. Jumlah itu melebihi batas minumal tes yang ditetapkan WHO sebesar 1.000 tes PCR per sejuta penduduk per pekan.
Sementara, Dalam seminggu terakhir, sebanyak 177.461 orang dites PCR. Dengan jumlah itu, total tes PCR DKI Jakarta kini telah mencapai 435.904 per sejuta penduduk.
(thr/arh)