Muhadjir saat PPKM: Laksanakan Belajar Tatap Muka Jika Aman

CNN Indonesia
Sabtu, 10 Jul 2021 17:03 WIB
Ilustrasi pembelajaran secara tatap muka. (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) tetap dilaksanakan jika memungkinkan dan aman.

Diketahui, pemerintah tengah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa Bali dan 15 daerah di luar Jawa-Bali. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring jadi salah satu ketentuan bagi sekolah di daerah-daerah itu.

"Bagaimanapun dengan kondisi yang ada saat ini belajar tatap muka masih dibutuhkan. Masih sangat penting. Karena itu kalau tatap muka masih sangat dimungkinkan dan sangat aman, maka laksanakan itu (pembelajaran tatap muka)," kata Muhadjir dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/7).

Meski begitu, ia mengingatkan kegiatan belajar tatap muka ini harus dilakukan dengan pengawasan ketat dan hanya boleh berlangsung di wilayah zona aman dengan tingkat penularan Covid-19 yang tak tinggi.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini juga mengatakan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara daring hanya dilakukan apabila suatu wilayah dalam keadaan darurat Covid-19 yang membahayakan peserta didik.

"Jangan ikut-ikutan kemudian semuanya berjalan daring. Daring itu yang terpaksa dalam suasana Covid-19 yang sangat mengancam anak-anak sekolah. Tapi kalau betul-betul bisa dipastikan aman sebaiknya tetap tatap muka," tegasnya.

Karena itu, Muhadjir meminta kepada pemerintah daerah untuk dapat memperhatikan kondisi zona Covid-19 di wilayahnya. Kata dia, pemerintah daerah perlu dengan bijak menentukan wilayahnya dari tingkat kelurahan dan kecamatan yang aman untuk menjalankan PTM.

"Saya minta pemerintah daerah jangan hanya cari aman, yang penting enak, enak daring gak usah ngurus sekolah. Itu gak bagus. Jadi kalau sekolah bisa menyelenggarakan pendidikan tatap muka secara aman itu sebaiknya ya pilih tatap muka," tuturnya.

Sementara itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan agar sekolah tidak dibuka kecuali tingkat positivitas atau positivity rate kurang dari 5 persen.

Infografis yang Harus Disiapkan Sebelum Kembali ke Sekolah. (Foto: Dok. KPC PEN)

"Di negara berkembang kebanyakan anak usia sekolah tinggal dengan keluarga lansia. Penelitian mengatakan menunda pembukaan sekolah dapat menyelamatkan nyawa," kata Ketua Umum IDAI Aman B. Pulungan, Senin (5/7).

Pernyataan Aman tersebut mengacu pada analisa World Economic Forum yang menyatakan membuka sekolah terlalu cepat dapat meningkatkan kasus covid-19, khususnya di negara berkembang karena kondisi demografinya.

Ia mengatakan 15 persen anak dengan kasus Covid-19 mengalami gejala berat dan banyak pula yang meninggal. Berdasarkan data IDAI, 50 persen anak yang meninggal karena Covid-19 berusia balita (di bawah lima tahun), dengan 30 persen di antaranya lahir di tengah pandemi.

Menurutnya, kondisi ini terjadi karena banyak anak yang memiliki komorbid, seperti obesitas, kelainan genetik, dan autoimun. Namun kondisi ini diperparah oleh Covid-19, sehingga menyebabkan kematian.

"Jangan pernah ada yang ngomong bahwa anak tidak terinfeksi Covid dan anak itu [gejalanya] ringan. Kita lihat 15 persen bisa [gejala] berat dan kita sudah lihat bisa meninggal. Dari awal pandemi kami sudah katakan, kenapa sih tidak pernah percaya?," keluh Aman.

"Jangan bawa anak ke tempat umum, ke kerumunan, apalagi ke sekolah," cetus dia.

(tst/fey/arh)


Saksikan Video di Bawah Ini:

Aksi Maling Bobol Sekolah Terekam CCTV

KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK