Pengakuan Korban Pungli Rp4 Juta Pemakaman Covid di Bandung

CNN Indonesia
Minggu, 11 Jul 2021 12:00 WIB
Ilustrasi pungli di TPU Cikadut, Bandung. (Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
Bandung, CNN Indonesia --

Keluarga korban pungutan liar (pungli) YT (47) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikadut, Kota Bandung, Jawa Barat angkat suara. Ia mengaku kaget kejadian pungli ketika dia akan memakamkan jenazah ayahnya pada Selasa (6/7).

YT mengaku diminta sejumlah uang tersebut oleh oknum petugas di TPU Cikadut yang disebut sebagai biaya pemakaman. Diketahui, ayah YT meninggal karena Covid-19 dengan status probable di RS Santosa Bandung pada sore hari.

Sewaktu mendatangi TPU Cikadut pada malam hari untuk mengurus rencana pemakaman ayahnya, YT didatangi oleh petugas bernama Redi yang mengaku sebagai koordinator C TPU Cikadut.

Petugas tersebut kemudian meminta uang Rp4 juta yang diklaim untuk membiayai pemakaman. Sang petugas juga mengaku sudah menyiapkan lubang pemakaman.

YT merasa keberatan dengan biaya pemakaman dan kembali bertanya kepada petugas. Menurut pengakuan Yunita, Redi menjawab 'kalau non muslim tidak ditanggung pemerintah'.

YT pun mencoba nego harga. Hingga akhirnya mereka sepakat diangka Rp2,8 juta. YT kemudian diberi bukti pembayaran oleh Redi, meski sebelumnya petugas tersebut sempat menolak untuk memberikan kuitansi.

Melalui selembar kertas, dituliskan biaya gali Rp1,5 juta, biaya pikul Rp1 juta, dan biaya salib Rp300 ribu. Sehingga total Rp2,8 juta.

Tak cukup sampai di situ, tukang gali kubur yang mengenakan APD juga meminta uang kepada keluarga YT dengan alasan untuk membeli vitamin. Dengan terpaksa, YT pun mengeluarkan uang Rp50 ribu untuk tukang gali kubur.

"Setelah saya ditimpa kemalangan papa saya, ternyata di TPU Covid-19 Cikadut Bandung ada praktik pungli untuk pemakaman yang meninggal, terutama non muslim. Apakah demikian peraturannya?," ucap YT dalam keterangannya melalui percakapan Whatsapp.

Menanggapi dugaan pungli tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut bersuara. Emil, sapaan akrabnya meminta Pemerintah Kota Bandung meningkatkan pengawasan agar hal serupa tidak terjadi.

"Kami memohon maaf atas dinamika yang terjadi di lapangan, karena seharusnya hal ini tidak terjadi. Saya juga sudah berkoordinasi dengan Pemkot Bandung melalui Wakil Wali Kota agar memperbaiki dan meningkatkan pengawasan terkait pemakaman covid di wilayahnya. Agar kejadian serupa tidak terulang," kata Emil dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Minggu (11/7).

Mantan Wali Kota Bandung itu kembali menegaskan bahwa TPU Cikadut yang menjadi area pemakaman khusus jenazah dengan protokol Covid-19 tidak mengenakan biaya alias gratis.

"Pemakaman pasien covid tidak dipungut biaya karena semua petugas sudah dibayar bulanan oleh pemkot/kabupaten sebagai instansi pengelola," ungkapnya.

Arahan ini, sambung dia, berlaku sama terhadap kota/kabupaten lainnya agar memastikan pelayanan kepada publik harus optimal dan tidak berbayar.

"Terkait berita pungli pemakaman yang terjadi Cikadut ini, oknum-oknum tersebut sudah langsung dipecat dan sekarang diperiksa oleh kepolisian. Oknum-oknum tersebut ternyata melakukan modus ini tidak hanya kepada non muslim namun kepada keluarga jenazah covid yang muslim juga," tutur Emil.

(hyg/mik)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK