Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, penambahan kasus harian kembali memecahkan rekor, Senin (12/7). Riza menyebut, hari ini ada tambahan 14.619 kasus positif di Jakarta.
"Memang kalau melihat data, positif hari ini meningkat ya sampe 14.619, ini rekor ya," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Senin (7/1).
Rekor penambahan kasus harian sebelumnya terjadi pada Minggu (11/7). Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dalam satu hari kemarin ada penambahan 13.133 kasus positif di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, jumlah kasus positif secara kumulatif sampai dengan hari ini mencapai angka 677.061 kasus.
Riza menambahkan, lonjakan kasus positif yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini disebabkan masifnya testing yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta. Ia mengklaim, sampai dengan hari ini, angka testing DKI sudah hampir 20 kali dari target yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO).
"Karena memang tes PCR kita tertinggi, sudah hampir 20 kali dari standar yang ditentukan oleh WHO. Jadi inilah memang cara kami meningkatkan 3T, sekalipun memang cukup berat bagi kami untuk terus meningkatkan berbagai fasilitas," kata Riza.
"Mulai rumah sakit, tempat tidur, ICU, oksigen, obat-obatan, vitamin, dan terutama tenaga kesehatan yang tidak mudah," ujarnya menambahkan.
Salah satu upaya pemerintah menekan penyebaran virus corona dengan menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Kebijakan ini sudah berlangsung sejak tanggal 3 Juli 2021. Menurut Riza, dari hasil evaluasi sementara, PPKM Darurat sudah berjalan dengan cukup baik.
"Sejauh ini baik sekali pelaksanaan di lapangan ya.Pertama, kebijakan penutupan berlangsung baik dan dipatuhi oleh unit usaha, sekalipun masih ada perusahaan yang nakal, bandel, yang diam-diam mencoba bekerja di kantor sekalipun dalam kapasitas yang kecil," ujar Riza.
Politikus Partai Gerindra itu juga menambahkan, selama PPKM Darurat, mobilitas warga di Jakarta juga menurun drastis. Hal ini disebabkan banyak titik keluar masuk di Jakarta yang ditutup.
"Mobilitas masyarakat menurun, jauh sekali. Karena memang ditutup tempat-tempat, jalur keluar masuk Jakarta. Kemudian, adanya penyekatan, apalagi kita memberlakukan surat tanda registrasi pekerja (STRP) itu yang sangat efektif," ungkap dia.