Vaksinasi Rendah, Epidemiolog Wanti-wanti Gagal Herd Immunity
Epidemiolog dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo mewanti-wanti pemerintah menghadapi kegagalan capaian target herd immunity alias kekebalan komunal terhadap penularan virus corona (Covid-19).
Windhu menilai sejauh ini capaian herd immunity di Indonesia masih diukur dengan parameter capaian program vaksinasi covid-19. Di sisi lain laju vaksinasi di Indonesia terbilang masih cukup lambat.
Kemenkes per Rabu (14/7) Pukul 18.00 WIB mencatat 39.278.153 orang rampung mendapat vaksinasi dosis satu, sementara dosis dua baru 15.685.534 orang. Dengan target 208 juta penduduk yang akan divaksin, artinya capaian dosis pertama baru tembus 18,85 persen. Belum lagi fakta menunjukkan pemberian vaksin dosis dua baru di 7,53 persen.
"Mencapai herd immunity perlu kecepatan. Kita kan belum tahu sampai hari ini berapa lama antibodi dari efek vaksin setelah dua dosis itu bisa bertahan di dalam tubuh," ujar Windhu kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (14/7).
Terlebih, kata dia, Indonesia dalam hal ini bukan menjadi negara yang memproduksi vaksin alias masih mengandalkan bantuan negara lain. Program vaksinasi Indonesia, menurut Windhu, saat ini sedang berpacu dengan waktu untuk mewujudkan herd immunity. Ditambah, belum lagi berurusan dengan ketersediaan vaksin yang terbatas.
Seperti baru-baru ini, ketersediaan vaksin di daerah luar Pulau Jawa juga menjadi sorotan saat pemerintah berencana menggapai herd immunity.
Misal di Sumatera Barat, Gubernur Mahyeldi Ansharullah mengeluhkan stok vaksin di daerahnya. Mahyeldi mengatakan Sumatera Barat baru menerima sekitar 1 juta dosis vaksin hingga saat ini. Menurut dia, sekitar 900 ribu dosis telah disuntikkan ke warga di berbagai kabupaten/kota. Sisa stok vaksin puluhan ribu, kemungkinan akan habis dalam hitungan hari.
Begitu juga dengan Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu faktor yang membuat angka vaksinasi di NTT rendah adalah ketersediaan vaksin. Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, pada Jumat (9/7), meminta pemerintah pusat agar memberikan perhatian ke daerah-daerah di luar Pulau Jawa dalam hal pemberian stok vaksin.Josef menuturkan NTT sudah mendapatkan total 112.670 vial vaksin. Namun, jumlah tersebut masih belum mencukupi target vaksinasi hampir empat juta warga di NTT guna membentuk herd immunity.
"Jadi, masih jauh untuk herd immunity kalau kecepatan vaksinasi tidak tinggi, vaksin yang berada di Indonesia baru sepertiga, kan. Sekitar 130 juta dosis saja dari yang seharusnya 380-an juta dosis. Itu pun yang sudah masuk ke tubuh warga kurang lebih baru 55 juta sampai hari ini," ucap Windhu.
Menyoal ketersediaan vaksin, data terakhir per 13 Juli, Indonesia sudah menerima total 137.611.540 vaksin, dengan rincian 115.500.280 vaksin bulk atau mentah, dan 22.111.260 vaksin jadi dari Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, dan Moderna.
Vaksin bulk yang diproses oleh PT Bio Farma (Persero) itu diolah menjadi 93 juta dosis vaksin jadi. Sehingga ketersediaan vaksin Indonesia baik yang sudah dipakai dan belum, untuk saat ini sebanyak 115.111.260 dosis.
Adapun saat ini, perkembangan vaksinasi di Indonesia telah memasuki tahapan ketiga yang dimulai awal Juli lalu. Pada tahapan ketiga pemerintah menyasar 141.211.181 juta masyarakat umum berusia di atas 18 tahun, paralel dengan 26.705.490 anak berusia 12-17 tahun.
Meski begitu, tahapan pertama yang menyasar 1.468.764 juta tenaga kesehatan untuk pemberian dosis kedua masih kurang menyasar 2,59 persen sasaran. Pun senada, untuk tahapan kedua pemberian vaksinasi yang menyasar 21.553.118 lansia dan 17.327.167 petugas pelayanan publik masih belum rampung 100 persen.
(khr/ain)