Krematorium di Semarang Kewalahan Bakar Jenazah Pasien Covid
Krematorium Yayasan Pancaka, Kota Semarang, Jawa Tengah kewalahan membakar jenazah yang didominasi penderita Covid-19. Hampir setiap hari, empat jenazah yang dikremasi.
Dari empat jenazah tersebut, dua atau tiga jenazah dipastikan merupakan penderita Covid-19 yang meninggal di rumah sakit.
"Kita batasi hanya empat jenazah yang dikremasi setiap hari. Tidak bisa lebih dari itu karena tungku yang kami miliki hanya empat ruang, kemudian tenaga kerja terbatas seiring prokes," kata Manajer Krematorium Yayasan Pancaka, Hariyadi, Kamis (15/7).
Hariyadi mengatakan pihaknya juga memperhatikan proses kremasi, pendinginan hingga penggilingan tulang memakan waktu hampir 12 jam. Pembakaran dengan suhu 1.500 derat. Proses pendinginan sendiri sekitar 8 jam.
"Terus kemudian dilanjut pembersihan, pengambilan tulang yang kemudian digiling menjadi abu bisa sampai 3 jam," ujarnya.
Menurutnya Hariyadi, pihaknya kebanjiran permintaan membakar Jenazah pada awal Juni 2021 atau setelah libur Lebaran. Saat itu, ada 135 jenazah, di mana 80 jenazah merupakan pasien positif Covid-19.
Beberapa kali, kata Hariyadi, pihaknya terpaksa menolak warga yang hendak membakar jenazah keluarganya. Ia menyarankan warga untuk mencari lokasi kremasi lain di di Ambarawa dan Kudus.
"Kan kalau covid harus cepat-cepat. Kita enggak bisa, kewalahan di sini. Jadinya kita arahkan ke Ambarawa atau Kudus, dan kalau ada yang tetap memaksa, kita beri masukan untuk dikubur di TPU saja", kata Hariyadi.
Kemarin, Rabu (14/7), Jawa Tengah mencatat kasus kematian tertinggi dengan 237 orang meninggal dalam 24 jam. Dengan demikian, total kasus kematian di provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo mencapai 13.477 orang.