Ahmad tak sendirian dalam menjalankan bakti sosial ini. Ia dan pelaku bakti sosial lainnya disokong organisasi nirlaba Aksi Solidaritas Membangun Sudut Indonesia (Asumsi), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), serta beberapa perbankan dan kelompok pengusaha.
Para penyokong bukan hanya mendukung dalam aspek pendanaan, tetapi sebagaian dari mereka juga terlibat dalam pendistribusian hingga masak-memasak yang disebut telah dimulai sejak pukul 3.00 dini hari setiap hari.
Ahmad menyebut, seluruh proses pelaksanaan bakti sosial ini dilakukan dengan tetap menegakkan protokol kesehatan. Seperti penggunaan masker dan sarung tangan mulai dari berbelanja bahan, meracik soto, hingga distribusi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun menyebut sudah berkoordinasi pula dengan Babinsa dan Kepolisian di wilayah Sleman, dan mendapatkan izin dari mereka.
Ahmad menyebut gerakan ini sebenarnya masih dalam tahap uji coba. Namun bukan berarti mereka yang berjibaku minim pengalaman.
Ahmad mengaku sempat melaksanakan kegiatan serupa, menjaga perut para relawan di jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sleman dan para tenaga kesehatan (nakes) tetap terisi selama mengemban tugas kemanusiaan.
"Tapi beda menu dan beda nama waktu itu" tuturnya sembari menambahkan bagi mereka yang ingin menjadi sukarelawan dan donatur, pintu akan selalu terbuka.
Dirinya pun rela bersabar menunda peresmian warung sotonya, paling tidak hingga periode PPKM darurat berakhir. Hal terpenting bagi Ahmad, gotong royong saling bantu macam ini tetap langgeng dan diikuti oleh masyarakat luas.
"Kita juga hidup di lingkungan pedesaan, banyak yang mengeluh dengan kondisi seperti ini. Dan ternyata banyak yang curhat ke kita, banyak yang enggak bisa kerja. Semoga pandemi lekas berakhir, cepat normal, kita semua bisa beraktivitas kembali," harapnya.