Juru Bicara Satgas Covid-19 Papua Barat Arnold Tiniap menduga status zona hijau di Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf) tak sesuai dengan kondisi riil lantaran tak ada pengetesan di wilayah itu.
"Pegaf nol kasus bukan menunjukkan fakta sebenarnya. Itu terjadi karena tidak ada pemeriksaan yang dilakukan Dinas Kesehatan setempat," ujarnya, kepada wartawan, Senin (19/7).
Diketahui, kasus baru positif Covid-19 di Papua Barat (Pebar), per 18 Juli, bertambah 156 orang. Sehingga, totalnya mencapai 4.040 kasus. Dari jumlah itu, Manokwari memimpin urutan pertama dengan total 1.724 kasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, Kabupaten Pegunungan Arfak menjadi satu-satunya daerah dari 13 Kabupaten/Kota di Papua Barat yang masih hijau karena tidak ada temuan kasus baru.
Arnold mengungkapkan ada dua orang yang mengikuti Pesta Paduan Suara Gerejawi di Manokwari, pada Maret-April 2021, yang dinyatakan positif Covid-19.
Hanya saja, lanjut Arnold, saat itu pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh tim kesehatan dari Manokwari. Sehingga, data penambahan masuk di Manokwari. Selain itu, banyak masyarakat Kabupaten Pegaf yang juga berdomisili di Manokwari.
"Potensi penyebaran di Pegaf pasti tinggi. Hanya saja inisiatif pemerintah setempat melakukan pemeriksaan yang tidak ada," ujar dia.
"Jadi meski di data tidak ada temuan, tapi jangan bilang tidak ada kasus, karena mobilitas masyarakat antara Pegaf dan Manokwari sangat intens, sedangkan temuan kasus di Manokwari sangat tinggi ketimbang Kabupaten Kota lainnya," terangnya.
Soal lonjakan kasus di Papua Barat, Arnold menyebut belum ada bukti ilmiah itu akibat varian Delta. Pasalnya, 50 sampel yang diambil belum dikirim ke Balitbangkes.
"50 sampel masih disimpan di RSU Papua Barat. Belum berhasil kita kirim karena terkendala di izin angkut maskapai," ungkapnya.
(hen/arh)