Salah satu Putri Gus Dur, Alissa Qotrunnada Wahid juga mengatakan hal serupa. Menurutnya, pihak keluarga sempat mengarahkan Gus Dur untuk ke kamar dulu sebelum menyapa pendukungnya.
"Beliau enggak mau. 'Udah begini aja, enggak apa-apa'. Gus Dur itu kan sangat tidak terjebak dengan hal-hal luar, yang sifatnya lahiriah, enggak pernah terjebak oleh hal seperti itu. Ya udah, kami memang melihat sejatinya Gus Dur seperti itu," ujar Alissa kepada CNNIndonesia.com.
Saat itu, menurutnya, bagi Gus Dur yang terpenting adalah mengapresiasi pendukung yang datang untuk mendoakannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ssmentara Putri Gus Dur lainnya, Yenny Wahid, yang saat itu ikut menuntun Gus Dur menceritakan, Gus Dur memang sempat keluar sekali untuk menyapa para pendukungnya.
"Tapi kemudian masuk lagi, ganti baju. Kita mau istirahat. Protokol Kepresidenan Pak Wahyu Muryadi bilang, itu teman wartawan minta lagi karena belum dapat fotonya. Ya sudah ayo," ujar Yenny.
Usai dimakzulkan pada 23 Juli 2001, Gus Dur tak serta merta meninggalkan Istana. Ia sempat tinggal selama dua hari sebelum pada 25 Juli benar-benar keluar Istana untuk berobat ke Amerika.
Sejak saat itu Gus Dur tak kembali ke Istana Kepresidenan setelah posisinya digantikan wakilnya saat itu, Megawati Soekarnoputri, yang juga Ketua Umum PDIP sampai sekarang.
Ada momen lucu saat Gus Dur meninggalkan Istana. Mantan staf pribadi Priyo Sambadha mengatakan, Gus Dur meninggalkan Istana berdasarkan surat perintah yang dikeluarkan Lurah Gambir saat itu.
Gus Dur sendiri yang meminta Lurah Gambir membuat surat pengosongan Istana. Priyo yang diutus Gus Dur untuk menemui sang lurah dan meminta surat tersebut.
"Saya bilang "Pak lurah izin mohon saya ditugaskan sama pak presiden buat minta surat pindah,". Pak lurahnya heran," Ah masa sih?" Lucu sekali waktu itu. Akhirnya dikasih. Saya ingat wajah pak lurah itu terkejut," kata Priyo kepada CNNIndonesia.com.
Mantan juru bicara Gus Dur, Adhie Massardi mengatakan alasan Gus Dur meminta surat dari Lurah Gambir untuk pindah dan mengosongkan Istana karena memegang prinsipnya atas Sidang Istimewa yang tidak sah. Gus Dur, kata Massardi, enggan keluar dari Istana hanya karena hasil Sidang Istimewa.
"Akhirnya mencari jalan lain, caranya dengan minta surat perintah dari Lurah Gambir. Minta untuk keluar dari Istana. Kan, statusnya Gus Dur juga sebagai warga kelurahan. Kita harus nurut kepada RT atau Lurah juga," kata Adhi.
(yoa/sur)