Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) Inspektur Jenderal Abdul Rakhman Baso mengatakan bahwa upaya penumpasan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) seringkali terkendala banyaknya simpatisan yang mendukung para teroris itu.
Dia mengatakan kesulitan lainnya adalah faktor medan dan lingkungan.
"Hal utamanya karena masih ada simpatisan yang mendukung mereka. Kalau mau cepat selesai ya tidak ada simpatisan, tidak ada gerakan-gerakan yang mendukung mereka," kata Baso kepada wartawan, Selasa (27/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baso memastikan, jika simpatisan tak bekerja sama dengan para buronan tersebut maka permasalahan terorisme di Poso akan cepat selesai.
Sejauh ini, kata dia, tersisa tinggal enam orang yang termasuk dalam daftar pencarian orang (DPO) kepolisian. Menurutnya, aparat terus mengimbau agar para buronan teroris itu mau menyerahkan diri.
"Dalam melakukan tindakan kepada DPO teroris Poso, Satgas Madago Raya lebih mengedepankan tindakan soft dengan mengimbau DPO terorisme untuk menyerahkan diri. Kecuali bila bertemu di lapangan maka akan terjadi tindakan tegas terukur," jelas dia.
Jenderal bintang dua itu mendorong agar dilakukan upaya-upaya kontra-radikalisme di wilayah Sulteng tersebut untuk mengatasi permasalahan paham radikal. Menurutnya, upaya tersebut perlu untuk diselesaikan selain permasalahan enam buronan yang masih berkeliaran.
Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar menjelaskan bahwa pihaknya memiliki program deradikalisasi dan kontra-radikalisasi yang telah dijalankan bertahun-tahun di Poso.
Namun demikian, dia tetap mendukung agar Satgas Madago Raya yang ditempatkan di wilayah Sulteng dapat segera menuntaskan penanganan sisa DPO MIT Poso.
"Mereka kelompok membahayakan kehidupan masyarakat," ucap Boy.
Sebagai informasi, TNI-Polri tengah melakukan operasi penyisiran besar-besaran untuk menangkap sisa buronan teroris MIT Poso. Patroli banyak dilakukan ke beberapa wilayah, yakni Lore Utara atau Napu. Kemudian, dilanjutkan hingga ke Kabupaten Sigi.
Upaya tersebut dilakukan untuk menutup pergerakan teroris itu usai tiga anggotanya ditembak mati pada 11 dan 17 Juli kemarin.
(mjo/ain)