Calon hakim agung kamar pidana Adly menilai Operasi Tangkap Tangan (OTT) akan memberikan dampak kepada investasi di Indonesia.
Hal itu ia sampaikan saat menjalani sesi wawancara terbuka seleksi calon hakim agung oleh Komisi Yudisial (KY), Rabu (4/8). Adly mendapat giliran pertama menjalani wawancara tepatnya pukul 08.00-09.30 WIB.
"Kalau orang sering ditangkap, kepala daerah, menteri ditangkap, akan memberikan dampak investasi ke negara Indonesia," ujar Adly, Rabu (4/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu menjawab panelis sekaligus anggota KY Amzulian Rifai yang meminta Adly menjelaskan seputar tindak pidana korupsi dan indeks kemudahan berbisnis atau ease of doing business (EoDB) yang menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Presiden Jokowi sangat concern terhadap ease of doing business atau indeks kemudahan berbisnis, bagaimana saudara mengaitkan tindak pidana korupsi dengan EoDB yang ditargetkan oleh presiden?" tanya Amzulian.
Adly yang merupakan hakim di Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Jambi ini berujar bahwa strategi yang bisa dilakukan adalah mengubah sistem dengan mengedepankan pencegahan korupsi alih-alih melakukan OTT sebagaimana dilakukan KPK saat ini.
"Dengan strategi yang akan diterapkan itu, pendapat saya bahwa ada perubahan di KPK yang semula pemberantasan [korupsi] dengan OTT, ini mereka kurangi. Padangan saya, ini mereka kurangi tapi arahnya ke pencegahan," kata Adly.
KY menggelar wawancara terbuka terhadap 24 peserta calon hakim agung 2021. Wawancara akan berlangsung pada 3-7 Agustus 2021.
Teruntuk hari ini, ada lima calon yang mengikuti kegiatan tersebut. Mereka ialah H. Adly, Catur Iriantoro, Suharto, Subiharta, dan Prim Haryadi.