Kementerian Kesehatan mengaku baru bisa melakukan tracing atau telusur kepada dua kontak erat untuk setiap satu kasus Covid-19 atau 1:2 per minggu. Kemampuan itu pun setelah pemerintah mengerahkan anggota TNI-Polri sebagai relawan telusur.
"Kalau harian itu masih 4-6 kasus kontak per satu kasus positif. Tapi kalau per minggu masih 1:2," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (5/8).
Nadia mengatakan target tracing yang optimal adalah 1:10 sampai 1:15. Untuk mencapai target tersebut, ia mengatakan pemerintah akan terus mendorong keterlibatan anggota TNI/Polri dalam upaya tracing kontak erat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seiring dengan upaya mendorong tracing, ia mengatakan pemerintah juga terus mendorong target vaksinasi Covid-19 untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok.
Menurut Nadia, belum ada target waktu yang ditentukan pemerintah hingga kasus Covid-19 terkendali. Namun ia memastikan pemerintah terus berupaya semaksimal mungkin.
"Tidak ada yang bisa prediksi ya, penanganan pandemi kita lakukan sesuai step yang ada, termasuk kita upayakan untuk target vaksinasi tercapai," tutur Nadia.
Mengutip data pada situs Vaksinasi Covid-19 Nasional, provinsi dengan persentase pemeriksaan suspek atau kontak erat dibagi orang yang diperiksa per minggu tertinggi dipegang oleh Sulawesi Tengah dengan 66 persen.
Kemudian disusul DI Yogyakarta dengan 57 persen, Bengkulu 57 persen, Gorontalo 53 persen, dan Bangka Belitung 53 persen.
Sementara yang terendah dipegang oleh DKI Jakarta dengan 21 persen, Maluku 21 persen, Banten 21 persen, Maluku Utara 23 persen dan Papua Barat 25 persen.
Jika dilihat berdasarkan jumlah orang yang diperiksa per seribu penduduk per minggu, provinsi dengan jumlah tertinggi adalah DKI Jakarta dengan 11 orang, Sumatera Barat 6 orang, Kalimantan Timur 6 orang, DI Yogyakarta 6 orang, dan Kepulauan Riau 5 orang.
Sementara jumlah terendah dipegang oleh Aceh dengan 1 orang, Lampung 1 orang, Sulawesi Tenggara 1 orang, Nusa Tenggara Barat 1 orang, dan Nusa Tenggara Timur 1 orang.
Sebelumnya, pemerintah mengerahkan tenaga TNI/Polri untuk menjadi tracer untuk memastikan kemampuan penelusuran kontak lebih baik. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan pihaknya sudah mengerahkan 63 ribu tenaga telusur dari TNI.
Para prajurit tersebut kemudian mengikuti pelatihan khusus sebelum terjun ke lapangan agar memahami teknik penelusuran kasus Covid-19. Hadi mengatakan upaya ini dilakukan untuk mengejar standar tracing Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mencapai 1:30.
"Berdasarkan standar WHO dalam pelaksanaan tracing, kontak erat itu adalah rasionya 1:30. Namun di Indonesia, saat ini baru bisa dilaksanakan 1:1, satu yang terkonfirmasi dan satu yang kita laksanakan tracing kontak erat," kata Hadi dalam konferensi pers yang disiarkan di Youtube BNPB Indonesia, Senin (26/7).
![]() |