Walhi Tolak Rencana DKI Bangun Pengelolaan Sampah di Tebet

CNN Indonesia
Senin, 09 Agu 2021 15:47 WIB
Walhi Jakarta meminta Gubernur Anies Baswedan membatalkan rencana pembangungan Fasilitas Pengelolaan Sampah Antara (FPSA) di Taman Tebet, Jakarta Selatan.
Walhi Jakarta menolak rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun Fasilitas Pengelolaan Sampah Antara (FPSA) di Taman Tebet, Jakarta Selatan. Ilustrasi (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Walhi Jakarta menolak rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun Fasilitas Pengelolaan Sampah Antara (FPSA) di Taman Tebet, Jakarta Selatan. Mereka meminta Gubernur DKI Anies Baswedan membatalkan recana pembangunan tersebut.

Direktur Eksekutif WALHI Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi mengatakan FPSA yang akan dibangun di Taman Tebet itu menggunakan teknologi insinerator hydrodrive atau pembakaran sampah dengan kapasitas 120 ton/hari di atas lahan seluas 13.000 meter persegi.

"Walhi Jakarta secara tegas menolak rencana ini dengan beberapa alasan," kata Ahmadi dalam keterangannya yang dikutip, Senin (9/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahmadi mengatakan proyek pengelolaan sampah dengan cara pembakaran sampah (insinerator) tersebut tidak ada dalam kebijakan dan strategi daerah dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis rumah tangga.

Proyek tersebut juga dinilai berpotensi menambah beban pencemaran udara di area publik dan dekat dengan permukiman.

Menurutnya, lokasi area publik yang biasa dipakai untuk rekreasi, berolahraga, dan kegiatan lain akan terpapar dampak buruk insinerator. Selain itu, FPSA dengan teknologi insinerator bertentangan dengan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2019.

"Karena tidak memperhatikan aspek sosial dan tidak tepat guna dalam pengelolaan sampah. Teknologi termal seperti insinerator bukan merupakan energi baru, melainkan teknologi lama yang sudah banyak ditinggalkan," ujar Ahmadi.

Lebih lanjut, Ahmadi mengatakan pembangunan FPSA merupakan cara berpikir pendek Dinas Lingkungan Hidup, Pemkot Jakarta Selatan, dan PUD Sarana Jaya dalam pengelolaan sampah.

"Tidak mungkin rencana FPSA dengan insinerator ini muncul dari publik karena tidak ada masyarakat yang menginginkan proyek yang mengancam wilayahnya sendiri," katanya.

Klaim Ramah Lingkungan

Terpisah, Pelaksana tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Syaripudin mengatakan pembangunan FPSA merupakan upaya mendesak yang perlu dilakukan untuk mengurangi kuantitas sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang.

"FPSA/Intermediate Treatment Facility (ITF) skala mikro dilakukan dengan pendekatan pengolahan sampah di sumber dan habis di sumber. FPSA merupakan salah satu strategi penanganan sampah dengan penerapan teknologi penanganan sampah yang ramah lingkungan dan tepat guna," kata Syaripudin.

Syaripudin mengatakan rencana pembangunan FPSA beserta fasilitasnya berupa pengolahan sampah sudah dipikirkan secara matang, bahkan disesuaikan dengan komposisi dan karakteristik sampah di Kecamatan Tebet.

FPSA Tebet, kata dia, merupakan pengolahan sampah terpadu dengan recycling center, biodigester, pirolisis, BSF Maggot, incinerator, dan pengolahan FABA, sehingga diupayakan hanya sampah tak terolah yang masuk ke insinerator.

"Selain itu, FPSA Tebet dilengkapi fasilitas pusat edukasi warga, ruang interaksi publik (taman bermain), food center (kantin), sarana olahraga, urban farming, IPAL dan open theater," katanya.

Syaripudin melanjutkan teknologi insinerator yang direncanakan pada FPSA Tebet telah terdaftar dalam Registrasi Teknologi Ramah Lingkungan Pemusnah Sampah Domestik. Selain itu, hasil pengujian emisi yang dikeluarkan di bawah baku mutu yang dipersyaratkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Pada prinsipnya, kata Syaripudin, fasilitas tersebut akan dibangun dengan teknologi ramah lingkungan dalam pengoperasian dan pemeliharaannya. Ia pun memastikan lokasi FPSA ini juga bukan di Taman Tebet.

"Pembangunan FPSA tidak dilakukan di Taman Tebet melainkan terintegrasi dengan Taman Tebet," ujarnya.

(yoa/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER