Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri belakangan menyampaikan agar masyarakat mempopulerkan penggunaan panggilan 'bung'.
Bahkan, dia yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) itu mempraktikkannya langsung dengan menyapa Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan sapaan 'bung' tersebut.
"Menurut saya kita harusnya mempopulerkan menyebut Bung, seperti tidak ada perbedaan. Dulu semua orang dipanggilnya bung," kata Mega dalam webinar Bung Hatta, Inspirasi Kemandirian Bangsa, Kamis (12/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bilang ke Pak Jokowi saya cerita ini, Pak Jokowi lucu nggak kalau saya panggil Bung Jokowi? Tapi kayaknya nggak juga loh," ujarnya.
Bung Hatta--Mohammad Hatta--adalah Wakil Presiden pertama RI yang juga tokoh proklamator Indonesia bersama Sukarno.
Mega pun mengenang masa perjuangan kemerdekaan hingga era kepresidenan ayahnya yang juga proklamator RI, Sukarno puluhan tahun silam.
Menurutnya, Bung Karno saat itu tidak mau membeda-bedakan sesama rakyat Indonesia berdasarkan pangkat atau kedudukan. Oleh karena itu, sambungnya, pada masa tersebut mereka menggunakan kata 'bung' untuk memanggil satu sama lain.
"Pasti kan begitu panggilnya 'bang, bung, bang, bung'. Saya sampai mikir apa ini bapak saya presiden ya?" kenang Mega.
Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara harafiah berarti: 'kata sapaan akrab kepada seorang laki-laki', atau 'abang'.
Dari beberapa literatur, satu di antaranya Menjadi Indonesia (Parakitri T Simbolon) menyatakan Sukarno memperkenalkan sapaan bung setidaknya kala permufakatan perhimpunan politik kebangsaan indonesia (PPPKI) pada 1927 silam. Belakangan setelah masa kepresidenan Sukarno berakhir pada dekade 1960an silam, sapaan 'Bung' seperti kesaksian Mochtar Lubis dalam pidato kebudayaannya pada dekade 1970an silam mulai jarang digunakan.
Beberapa waktu lampau, sebelum Megawati mengungkap hasratnya membumikan kembali sapaan 'Bung' dalam khasanah pergaulan bangsa Indonesia, dia pernah pula mengutarakan maksud mempopulerkan 'Salam Pancasila'.Tujuannya, klaim dia, untuk mengingatkan rakyat akan pentingnya nasionalisme dan persatuan bangsa.
"Kalau sekarang saya mau banyak menyebutkan 'Salam Pancasil'a. Saya hendak mempopulerkannya. Karena setelah merdeka, kita punya dasar negara Pancasila. Untuk mengingatkan kita kembali sebagai nasionalis yang cinta pada negara ini," kata Mega, 21 Juni 2021.
Megawati mengatakan itu saat meresmikan baileo atau rumah adat Maluku, monumen, dan jalan Ir Soekarno di Masohi, Maluku Tengah, secara virtual dari Jakarta.
Menurutnya, Salam Pancasila sama seperti pekik Merdeka yang kerap digaungkannya untuk mengingatkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang merdeka. Dia berkata, Salam Pancasila bisa diucapkan setelah memekikkan Merdeka.
"Dulu saya pekikkan 'merdeka', orang menertawakan saya. Katanya, sudah merdeka, kenapa pekik-pekik merdeka? Itu sebenarnya saya lakukan untuk mengingatkan bahwa kita adalah bangsa merdeka. Jangan mau dijajah lagi," kata Megawati kala itu.
Berdasarkan catatan CNNIndonesia.com, itu bukanlah kali pertama Mega mengungkapkan hasratnya mempopulerkan 'Salam Pancasila'. Pada 2017 silam, saat masih menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)--cikal bakal BPIP--Mega mempraktikkan cara 'Salam Pancasila' di depan 500an perwakilan mahasiswa dari seluruh Indonesia yang mengikuti pelatihan pihaknya di halaman Istana Presiden, Bogor.
Lagi-lagi, 'Salam Pancasila' yang dipraktikkan Megawati itu terinspirasi lagi dari ayahnya, Bung Karno. Dia mempraktikkan ccaranya, di mana tangan kanan tegak serupa posisi hormat, namun jari tak menempel di dahi--kira-kira berjarak sejengkal. Dengan gerakan sedikit menghentak, ia lalu berseru, "Salam Pancasila!".