Relawan KawalCovid-19, Septian Hartono mengatakan pihaknya mengusulkan kepada pemerintah mengaudit angka kasus kematian (excess death) akibat Covid-19 secara nasional di luar data resmi.
Septian menilai angka kematian Covid-19 yang dilaporkan pemerintah saat ini belum sepenuhnya menunjukkan kondisi di lapangan.
"Kami sudah mengusulkan model audit ini pada pemerintah. Kami mengusulkan supaya Kemenkes yang memimpin audit angka kematian nasionalnya," kata Septian saat dikonfirmasi, Jumat (13/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Excess death adalah istilah epidemiologi untuk menjelaskan kelebihan angka kematian di tengah pandemi dibanding rata-rata angka kematian pada tahun-tahun sebelumnya. Cara itu dilakukan untuk mendapat gambaran lebih nyata tentang jumlah korban pandemi, di luar angka yang resmi dirilis pemerintah.
Septian berasumsi angka kematian akibat Covid-19 di RI lebih tinggi 3-5 kali lipat dari data yang dilaporkan pemerintah setiap hari. Hal ini terjadi lantaran definisi kematian Covid-19 dari pemerintah terlalu sempit.
"Belum lagi ada daerah-daerah yang lebih nakal dari itu, bikin definisi kematiannya lebih strict lagi dari definisi Kemenkes," kata Septian.
"Kalau pemerintah memang mau tahu estimasi kematian yang lebih akurat, bisa mulai dengan hal yang sederhana, yaitu mengadopsi definisi kematian covid menurut WHO, yang juga memasukkan kematian probable, secara klinis covid namun belum sempat dites, dalam perhitungan," ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, Septian mengungkapkan angka kematian Covid-19 yang lebih tinggi dari laporan resmi pemerintah bukan hanya terjadi di Indonesia. Beberapa negara, katanya, juga mengalami kondisi serupa.
Di AS, hasil audit excess death menunjukkan bahwa kasus kematian akibat Covid-19 lebih tinggi hampir dua kali lipat. Meski begitu, kata Septian, angka tersebut relatif kecil sebab AS memiliki angka testing harian yang tinggi.
Septian menjelaskan semakin tinggi angka testing harian akan sejalan dengan rendahnya angka kematian di luar catatan resmi.
"Daerah-daerah yang pelaporan kematiannya baik justru kelihatan jelek, misal Jakarta. Sementara daerah-daerah yang kapasitas surveilans-nya minim, jadi kelihatan bagus, padahal kondisi sebenarnya kayak gimana kita enggak tahu," kata dia.
Septian berkata selain AS yang mempublikasikan audit kematian untuk publik, Peru juga telah melakukan hal serupa. Hasilnya, negara bagian Amerika Latin itu mencatat dua kali lipat angka kematian Covid-19 dibanding laporan resmi.
"Kalau di Belarusia ini ketahuan excess death-nya setelah data pemerintahnya di-hack sama hacker," kata Septian.
Dihubungi terpisah, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengaku menerima setiap usulan terkait penanganan pandemi Covid-19. Namun, pemerintah tak bisa langsung menjalankan setiap usulan tersebut.
Menurut Wiku, pemerintah akan terus melibatkan ahli dan menyesuaikannya dengan kondisi di lapangan dalam setiap pengambilan kebijakan.
"Usulan-usulan yang diterima disambut baik namun tidak semua bisa langsung dijalankan, menyesuaikan pula kondisi real di lapangan yang juga dilaporkan oleh pemda secara berkala," kata Wiku kepada CNNIndonesia.com, Jumat (13/8).
Terkait definisi kematian, Wiku menyebut saat ini pemerintah mengambil dua definisi kasus kematian akibat Covid-19. Pertama, kasus meninggal dunia sesuai hasil tes PCR. Kedua, kasus probable, yakni dengan indikasi gejala berat namun belum mendapat hasil tes.
Hingga Kamis (12/8), Satgas Covid-19 mencatat total korban meninggal akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 113.664 orang. Dengan asumsi 3-5 kali lipat, angka kematian di RI diperkirakan mencapai lebih dari setengah juta jiwa.
(thr/fra)