HUT RI KE-76

Kamikaze Pejuang Jalanan dalam Perang Mematikan di Surabaya

CNN Indonesia
Selasa, 17 Agu 2021 16:30 WIB
Inggris kerepotan melawan perlawanan warga Surabaya yang begitu marah dan tak mau kembali dijajah (anri.sikn.go.id)
Surabaya, CNN Indonesia --

Inggris kalap bukan kepalang ketika Brigjen AWS Mallaby meregang nyawa. Sang jenderal terbunuh pada waktu yang tidak seharusnya, yakni saat gencatan senjata tengah diberlakukan di Surabaya tak lama usai Indonesia merdeka.

Bala tentara didatangkan kembali dalam jumlah besar untuk membayar kematian sang jenderal. Perang hebat hanya tinggal hitungan jam. Surabaya bakal digempur tiada ampun.

"Pada 10 November (1945) subuh, pasukan Inggris memulai suatu aksi pembersihan berdarah di seluruh pelosok kota di bawah lindungan pengeboman dari udara dan laut," tulis Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern.

Perang hebat di Surabaya selepas Indonesia merdeka tak lepas dari gelagat 6.000 tentara Inggris yang datang pada 25 Oktober 1945. Mereka membebaskan orang Belanda yang ditawan Jepang serta melucuti senjata para pemuda setempat.

Hawa panas lantas membungkus Kota Surabaya. Perang begitu cepat terjadi dengan serdadu Inggris yang sebagian besar berasal dari India.

Arek-arek Suroboyo begitu merepotkan Inggris. Banyak pos militernya dikepung. Negara pemenang Perang Dunia II bak menghadapi mimpi buruk yang baru di Surabaya. Hingga kemudian pemerintah dan Inggris sepakat gencatan senjata pada 30 Oktober 1945.

Imbauan gencatan senjata tak sepenuhnya membuat bedil berhenti menyalak. Suasana di Surabaya tetap mencekam. Kedua pihak sama-sama bersiaga dan tak bisa sembarang bergerak.

Tembak-menembak pun masih terjadi di beberapa titik. Dalam perjalanan di tengah pemberlakuan gencatan senjata, Brigjen AWS Mallaby mati terbunuh.

Siasat Bunuh Diri

Perang berkobar di seluruh sudut kota. Gedung-gedung terbakar. Surabaya dihujani bom dari langit. Pesawat Thunderbolt berseliweran memuntahkan peluru dari senapan mesinnya.

"Jam 6 pagi Sabtu itu saya dengar dari beranda depan suara dengungan pesawat dari jarak jauh, kemudian suara tembakan dan dentuman artileri dari sektor utara kota dan bom yang dijatuhkan berkali-kali," kata Ruslan Abdulgani dalam buku Seratus Hari di Surabaya yang Menggemparkan Indonesia.

Rakyat pun tak gentar. Berselimut rasa merdeka, emosi rakyat meletup-letup. Tidak takut, tetapi justru seolah menyambut.

"Lebih baik hancur daripada dijajah kembali," penggalan pidato Gubernur Suryo malam sebelumnya.

Satu hari penuh pada 10 November perang berkecamuk di Surabaya. Di malam hari, muncul para pasukan berani mati yang melakukan serangan gerilya.

Mereka bahkan masuk secara diam-diam ke dalam tank dan meledakkan diri bersama serdadu Inggris di dalamnya. Tak pernah diduga sebelumnya perang berlanjut hingga diwarnai aksi bunuh diri.

"Mereka ramai-ramai menaiki tank-tank tersebut, membuka kanopinya dan langsung menerjunkan diri masuk ke dalam tank. Meledakkan seluruh isinya, termasuk diri mereka," tulis Des Alwi dalam bukunya berjudul Pertempuran Surabaya November 1945.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Kamikaze Pejuang Jalanan


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :