HUT RI KE-76

Rasuna Said, Singa Betina Juru Propaganda Perlawanan

CNN Indonesia
Selasa, 17 Agu 2021 14:12 WIB
Hajjah Rangkayo Rasuna Said dikenal garang dan aktif dalam pergerakan nasional sejak usia belia di Sumatera Barat.
Hajjah Rangkayo Rasuna Said dikenal garang dan aktif dalam pergerakan nasional sejak usia belia (Ministry of Information of Indonesia via Wikimedia Commons)
Jakarta, CNN Indonesia --

Karena keberaniannya mengkritik pemerintah Belanda Rasuna Said, dijuluki singa betina. Ia digambarkan sebagai tokoh perempuan garang di masa silam.

Sejak belia, Rasuna Said menceburkan diri ke dalam organisasi berpaham militan dengan cita-cita kemerdekaan. Kemajuan pendidikan dan peningkatan martabat pribumi jadi orientasi utamanya.

Dia adalah representasi perempuan terdidik bersuara lantang yang melewati tiga zaman. Namanya tak pernah mati. Si jago propaganda, Hajjah Rangkayo Rasuna Said.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masa Kolonialisme Belanda

Jajang Jahroni, lewat bukunya bertajuk Ulama Perempuan Indonesia (2002), menceritakan bahwa Rasuna Said mulai terlibat dalam pergerakan melawan kolonialisme sejak 1926. Kala itu ia bergabung dengan Sarekat Rakyat.

Sarekat Rakyat merupakan kelompok militan berlabel kiri. Pandangan anggotanya kental dengan buah pemikiran Tan Malaka, tokoh pergerakan komunis asal Sumatera Barat.

Usia Rasuna masih belia saat bergabung, yakni 16 tahun. Tetapi baginya tak jadi soal. Semangat juang sudah mengaliri nadi. Gerakan harus sudah dimulai.

Rasuna Said dikenal sebagai anggota berwatak keras dan paling vokal mengkritisi kebijakan pemerintah kolonial di Sumatera Barat.

Orasinya seringkali menohok tajam. Galak menyerang pemerintah kolonial. Tak jarang dia dipaksa turun dari mimbar karena dianggap berbahaya bagi Belanda.

Kritik pedas membuat Rasuna Said membuatnya harus mendekam di penjara pada 1932. Dia tercatat sebagai perempuan pertama yang terkena hukum kolonial Belanda karena bicara menentang Belanda (Speek Delict).

Reputasinya dikagumi meski masih muda. Keberaniannya tak bisa diragukan. Singa Betina kemudian jadi julukannya.

"Kita bisa tahu bagaimana dia vokal dalam menyuarakan pembebasan dari pemerintah kolonial hingga dia mendekam di penjara, jangan lupa bahwa Rasuna Said adalah seorang perempuan yang dipenjara," kata Sejarawan Andi Achdian.

Keluar penjara, dia berkecimpung di dunia surat kabar. Pada 1935, Rasuna Said menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah Raya, di Sumatera Barat.

Majalah yang dikenal sebagai tonggak perlawanan ini tanah Minang ini mendapat banyak tekanan dari pemerintah Belanda. Merasa ruang geraknya terbatas, Rasuna Said pindah ke Medan, Sumatera Utara.

Di Medan, pada 1937 ia mendirikan perguruan putri. Dia juga membuat surat kabar mingguan bernama Menara Poeteri yang banyak bicara soal kesetaraan perempuan, dan selalu ada sisipan anti-kolonialisme di tiap tulisannya.

Pada 1940, Rasuna Said bergabung dengan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). Dia bertugas sebagai juru propaganda, mendirikan sekolah, tempat kader-kader PERMI belajar membaca dan menulis.

Era Pendudukan Jepang

Pada masa penjajahan Jepang sejak 1942, kiprah juang Rasuna Said terus berlanjut. Ia menggagas berdirinya perkumpulan Nippon Raya.

Perkumpulan itu sebenarnya dibentuk dengan tujuan membentuk kader perjuangan melawan Jepang. Namun pergerakannya terendus Jepang. Rasuna Said lalu dituduh menghasut masyarakat.

Berlanjut ke halaman berikutnya...


HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER