Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ade Irfan Pulungan mengatakan masyarakat seharusnya berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena memunculkan baju adat berbagai daerah dalam setiap acara kenegaraan.
Hal itu Ade sampaikan untuk merespons kritik Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang menilai pakaian adat yang dikenakan Jokowi dalam pidato tahunan tak lebih dari sekedar pemanis.
"Kalau kita bisa memahami keanekaragaman suku, etnis, budaya dan adat di republik ini dari Sabang sampai Merauke, tentu kita berterima kasih kepada kepemimpinan Pak Jokowi. Karena dalam tiap event kenegaraan dia memunculkan, mensosialisasikan dan mentradisikan memakai busana adat yang ada di republik ini," kata Ade kepada CNNIndonesia.com, Rabu (18/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ade menyebut semua etnis, suku, dan adat yang ada di Indonesia berhak mendapatkan perhatian dari negara. Menurutnya, tindakan Jokowi yang memakai baju adat sejumlah daerah tak pantas untuk dicibir.
"Itulah kebesaran pemimpin. Dia mensosialisasikan dan memamerkan dalam acara kenegaraan. Harusnya kita bangga, bukan mencibir," ujarnya.
Lebih lanjut, Ade mengaku heran dengan pihak-pihak yang mengkritisi pakaian adat Badui tersebut. Ia mengklaim Suku Badui tak mempersoalkan penggunaan baju adatnya oleh Jokowi.
"Makanya pola pikirnya janganlah sempit dan menghasut. Artinya orang yang kritik tak memahami adanya kearifan dan budaya lokal," katanya.
Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi sebelumnya menilai tindakan Jokowi mengenakan baju adat Badui dalam Sidang Tahunan MPR hanya pemanis. Menurutnya, tindakan Jokowi selama ini justru tak berpihak kepada masyarakat adat.
Rukka menyoroti Rancangan Undang-undangan tentang Masyarakat Adat yang tak kunjung rampung. Selain itu, kata Rukka, janji Jokowi dalam Nawacita terkait masyarakat adat juga belum terwujud.
(rzr/fra)