Satgas: Kasus Kematian Masih Tinggi karena Warga Pilih Isoman
Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan kasus kematian Covid-19 harian yang masih tinggi dalam sebulan terakhir disebabkan banyak warga memilih isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing.
Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Covid-19 Alexander Kaliaga Ginting mengatakan masih banyak masyarakat yang enggan untuk melakukan isolasi terpusat.
Menurut Alex, masyarakat tetap memilih isoman di rumah, yang kemudian tanpa disadari menularkan virus corona ke anggota keluarganya masing-masing.
"Terlalu banyak yang isoman dan mereka yang isoman enggan ke tempat isolasi terpusat. Mereka maunya kumpul dengan keluarga, akibatnya semakin bertambah kasus baru di keluarga," kata Alex saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (20/8).
Alex menyebut laporan warga isoman yang didapat Satgas selama ini cenderung memiliki pola yang sama. Menurutnya, para warga yang isoman mayoritas mengalami perburukan paru-paru yang tak tertangani dengan baik, komorbid alias penyakit penyerta yang tak terkendali, sampai akhirnya telah dibawa ke rumah sakit.
Alex pun meminta masyarakat tak memaksakan diri melakukan isolasi mandiri apabila tidak memungkinkan, seperti mengalami gejala sedang-berat berusia di atas 45 tahun, memiliki komorbid, dan tidak memiliki tempat yang memadai untuk isoman.
"Oleh karena itu, pemerintah menganjurkan, jika positif covid-19 dan bergejala apalagi ada komorbid, pilihannya ya di isolasi terpusat. Sebab ada pemantauan, ada pengawasan, dan ada pendampingan serta dukungan paket obat Covid-19 yang lebih terjamin," ujarnya.
Namu, Alex tak merincikan data berapa persentase besaran kematian Covid-19 pasien isoman.
3.007 Orang Meninggal saat Isoman
Koalisi Warga Lapor Covid-19 mencatat sebanyak 3.007 pasien terpapar virus corona meninggal dunia saat menjalani isoman, berdasarkan data terakhir per 7 Agustus.
Data tersebut diperoleh dari tiga sumber. Pertama, data laporan yang diterima oleh tim relawan Lapor Covid-19, kemudian dari lembaga CISDI, dan terakhir dari pemerintah, yang hanya bersumber dari dinas provinsi DKI Jakarta.
Kematian Covid-19 konsisten di atas 1.000 kasus per hari sejak 16 Juli 2021 lalu. Jumlah pasien Covid-19 yang meninggal bahkan dua kali menyentuh 2.000 kasus per hari, yakni 2.069 orang pada 27 Juli dan 2.048 orang pada 10 Agustus.
Apabila dirata-rata dalam lima pekan terakhir, kasus kematian Covid-19 naik turun. Pada pekan pertama atau selama kurun 16-21 Juli jumlah kasus kematian mencapai 7.391 kasus.
Kemudian melonjak menjadi 11.076 kasus pada periode 22-28 Juli. Selanjutnya pekan ketiga atau pada 29 Juli-4 Agustus, kumulatif kasus kematian naik menjadi 11.977 kasus.
Pada 5-11 Agustus kasus kematian mengalami penurunan menjadi 11.562 kasus, dan kembali turun pada 12-18 Agustus dengan 8.943 kasus. Sementara, dalam dua hari terakhir ini kasus kematian Covid-19 sudah berjumlah 2.840 kasus.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyorot kasus kematian Covid-19 di Jawa Timur (Jatim) yang masih cukup tinggi. Ia pun meminta jajaran pemerintah daerah hingga aparat TNI-Polri menekan kasus kematian.
Jokowi memerintahkan Forkompida di Jatim membawa warga positif Covid-19 ke lokasi-lokasi isolasi terpusat. Ia juga meminta percepatan vaksinasi Covid-19 dan menjamin ketersediaan obat-obatan bagi pasien positif.
"Tiga ini kalau kita kerjakan, Insyaallah akan semakin turun kasus-kasus yang ada di Provinsi Jatim," ujarnya.
Jatim dalam beberapa bulan terakhir sempat menjadi penyumbang terbanyak kasus kematian akibat Covid-19 dalam beberapa waktu, sebelum disalip Jawa Tengah.
(khr/fra)