Pakar: Pandemi Covid Bisa Lebih Buruk dari AS Jika RI Terlena

CNN Indonesia
Jumat, 20 Agu 2021 16:54 WIB
Pemerintah RI disebut harus belajar dengan kondisi yang terjadi di AS terkait penanggulangan pandemi di kala tingkat vaksinasinya terbilang sudah cukup besar.
Seorang pemuda berjalan melewati tembok yang dihiasi mural terkait Covid-19, Tangerang, 29 Maret 2020. (AFP/FAJRIN RAHARJO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai kondisi penularan dan dampak Covid-19 di Indonesia bisa terancam jauh lebih buruk daripada di Amerika Serikat (AS) jika mudah terlena dalam penanganan pandemi.

Dicky merespons situasi terkini, terutama terkait kebijakan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga rencana pengendoran protokol kesehatan di Indonesia.

Diketahui, beberapa kegiatan dan pusat perbelanjaan dilonggarkan oleh pemerintah pada PPKM berlevel kali ini. Pusat perbelanjaan dibuka dengan kapasitas 50 persen, padahal sebelumnya hanya boleh 25 persen. Pembelajaran tatap muka juga mulai diperbolehkan dengan kapasitas 50 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dicky menilai, kondisi Covid-19 di Amerika Serikat (AS) bisa jadi cerminan untuk di Indonesia mendatang. Negara itu kembali mengalami lonjakan kasus usai melonggarkan protokol kesehatan karena persentase vaksinasi yang dinilai sudah cukup besar.

Pada Rabu (18/8), AS mencatat 162.724 kasus Covid-19 baru dalam sehari. Jumlah itu meningkat setelah AS sebelumnya berhasil mencapai tidak lebih dari 50 ribu kasus Covid-19 setiap harinya pada Juni-Juli.

Di tengah lonjakan itu, sejumlah negara bagian Paman Sam itu masih memperdebatkan kewajiban menggunakan masker.

"Pelajaran penting dari Amerika ini bahwa kita jangan terlena. Kita bisa lebih buruk," kata Dicky kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/8).

Dicky mengatakan, mungkin saat ini, kasus pertambahan positif Covid-19 di Indonesia mulai melandai. Namun, penurunan itu tidak bisa dijadikan alasan lantaran tes, telusur, dan tindak lanjut (3T) masih rendah di Indonesia.

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) penanganan Covid-19, pertambahan kasus positif di Indonesia selama lima hari terakhir rata-rata 19 ribu per hari. pertambahan itu, lebih kecil dari lima hari sebelumnya, yakni dengan rata-rata pertambahan 29 ribu per hari.

Namun, jumlah tes masih jauh dari target. Selama lima hari terakhir, jumlah tes secara nasional masih di bawah 200 ribu.

Per Jumat (20/8), kasus positif virus corona (Covid-19) bertambah sebanyak 20.004. Jumlah spesimen yang diperiksa per hari ini sebanyak 202.484 sampel. 

Dengan tambahan itu, kini total positif Covid-19 sejak awal pandemi mencapai 3.950.304 kasus.

Sehari sebelumnya, Kamis (19/8) pertambahan kasus positif mencapai 22.534 orang dengan jumlah orang yang dites sebanyak 115.108. Dua hari lalu, Rabu (18/8) mencapai 15.768 orang dari total tes 78.624 orang.

Kemudian, Selasa (17/8) mencapai 20.741 orang dari total tes 101.426. Senin (16/8) mencapai 17.284 dengan tes 78.377 dan Minggu (15/8) mencapai 20.813 orang dengan total tes per hari itu sebanyak 89.768 orang.

Dicky menilai, pelandaian itu masih berpotensi mengalami perburukan. Ia memprediksi lonjakan kasus bisa kembali terjadi di Indonesia pada September mendatang.

"Jadi kita jangan abai, jangan cepat berpuas diri ketika ini mulai melandai. Itu masih jauh perjalanan. Dan ingat kita ini negara kepulauan. Masih banyak masalah kita," ucap Dicky mewanti-wanti.

"Beberapa prediksi kita, bahkan September bisa meningkat lagi di Indonesia ini," imbuhnya.

Tingkat Vaksinasi Tak Bisa Jadi Alasan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER