Dino Hidayat (14), Warga Perbatasan Indonesia-Malaysia di Desa Lubuk Antuk, Kecamatan Hulu Gurung, Kapuas Hulu, Kalbar, harus berjuang membelah sawah, naik bukit bahkan berjalan kaki sejauh empat kilometer mencari sinyal internet untuk belajar daring.
Dino, siswa kelas 8 SMP Lubuk Antuk ini rela berjalan sejauh itu hanya agar tidak tertinggal mata pelajaran yang dibagikan oleh guru.
"Kalau di sawah ada sinyal. Biasa sampai ketiduran di sawah saat belajar online. Di Tepuai (ibukota Kecamatan Hulu Gurung) juga ada sinyal. Jadi kalau ke sana, saya numpang di rumah teman," katanya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rupanya perjuangan ini tak hanya dialami Dino. Kata dia, warga lain juga sempat mendaki Tebing Temilas dengan ketinggian 300-an mdpl. Di tebing Bukit Piyabung ini, selain melihat keindahan alam, juga terdapat sinyal yang kuat.
"Apalagi di bukit itu. Sinyalnya kuat. Tinggal kita aja, banyak atau tidaknya kuota internet," terangnya sambil menunjuk ke arah Bukit Piyabung.
Perjuangan Dino diamini Agus Sumarno (36), warga setempat yang juga merasakan hal sama. Dia kesusahan untuk mengakses informasi di internet karena keterbatasan jaringan telekomunikasi.
"Sekarang serba online, jadi kami di sini ketinggalan informasi karena sinyal susah. Kami kalau cari sinyal harus ke Tepuai dulu, atau ke bukit," katanya.
Kisah dua warga perbatasan ini ternyata diperjuangkan Bupati Kapuas Hulu, Fransiskus Dian. Dia mengatakan ada rencana pembangunan 131 BTS yang akan difokuskan di desa yang belum terjamah jaringan internet.
"Tower BTS saat ini sudah dikerjakan secara bertahap oleh pihak pelaksana," katanya kepada sejumlah wartawan usai upacara HUT ke-76 RI di halaman Kantor Bupati Kapuas Hulu.
Fransiskus mengatakan, pembangunan 131 tower ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu dua tahun berjalan. Titik pembangunannya akan dikembalikan ke tim survei dari Kemenkominfo yang turun ke lapangan untuk menentukan.
"Tapi, itu atas rekomendasi kita juga. Jadi, yang akan dibangun di Kapuas Hulu ini, ada kecamatan yang mendapatkan lima tower, ada yang dua tower saja. Ini saya dapat infonya dari Anggota DPR RI," terangnya.
Menurutnya, jaringan internet di kabupaten ujung timur Kalbar dan berbatasan dengan Malaysia ini memang masih menjadi kendala.
Kepala Desa Lubuk Antuk, Hardianto juga menyatakan hal yang sama. Mirisnya, ia dan perangkat desa sampai harus menganggarkan dana desa untuk membeli kuota internet.
"Karena sinyal kami di sini tidak ada seperti mudahnya didapat di desa lain, terpaksa kami belikan alat dan isi kuota internet salah satu provider," katanya.
Hardianto menganggarkan Rp300 ribu per bulan untuk membeli kuota internet. Kadang, tak sampai sebulan kuota tersebut habis.
"Sebenarnya sudah ada bantuan dari Kominfo, tapi sama saja tidak bisa. Akhirnya kami belikan modem, antena dan sim card. Itulah kendala kami di sini," katanya.
Menurutnya, kabar 131 tower akan dibangun di Kapuas Hulu jadi angin segar bagi warganya.
"Kami sudah lama menunggu ini. Mudah-mudahan dapat terealisasi dengan baik. Masyarakat di sini sangat membutuhkan sinyal internet," harapnya.
(dho/ain)