Aceh Satu-satunya Daerah RI Alami Kenaikan Covid Sepekan

CNN Indonesia
Kamis, 26 Agu 2021 22:00 WIB
Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan selama sepekan jumlah orang yang terpapar Covid-19 di Aceh bertambah 429 kasus.
Ilustrasi Covid-19 di Aceh. (CNN Indonesia/ Adi Maulana)
Jakarta, CNN Indonesia --

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat provinsi Aceh menjadi satu-satunya daerah yang masih mengalami kenaikan kasus positif Covid-19 selama sepekan, terhitung sejak 15 sampai 22 Agustus.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan selama sepekan itu jumlah orang yang terpapar Covid-19 bertambah 429 kasus.

"Hanya ada satu provinsi mengalami kenaikan mingguan yaitu Aceh yang naik 429 kasus dibandingkan minggu sebelumnya," ucap Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (28/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wiku merinci, Aceh mengalami kenaikan kasus aktif sebesar 1.067 kasus dan penurunan kesembuhan sebesar 1.291 kasus. Sementara itu, jumlah kematian meningkat sebanyak 35 kasus.

Bahkan, kata Wiku, positivity rate Aceh menjadi yang tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai 51,5 persen. Tingkat keterisian rumah sakit (BOR) juga mengalami kenaikan dari seminggu sebelumnya.

"Dari 56 persen naik jadi 59 persen," ucapnya.

Padahal, lanjut Wiku, baik kasus positif maupun positivity rate secara keseluruhan mengalami penurunan. Wiku menyebut hanya ada 10 provinsi yang positivity ratenya di atas 30 persen.

10 provinsi itu di antaranya Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Sulawesi Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Jambi Lampung dan termasuk Aceh.

Terkait itu, Wiku meminta setiap pemerintah daerah (Pemda) yang positivity rate dan kasusnya masih tinggi, terutama Aceh untuk berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait sinkrinisasi data.

"Pastikan data yang terlaporkan sesuai dengan pencatatan di daerah," ucapnya.

Selain itu, ia juga meminta agar jumlah tes juga ditingkatkan, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 1:1000 populasi.

"Positivity rate yang tinggi dapat terjadi karena jumlah testing yang rendah. Upayakan bisa mencapai standar WHO," ujarnya.

(yul/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER