Korban Pelecehan di KPI Takut, Sempat Ingin Mengungsi ke LPSK

Pegawai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang diduga menjadi korban pelecehan seksual rekan kerja, MS, disebut sempat ketakutan hingga hendak mengungsi ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

"Khawatirnya dia takut sekali itu, karena dia sudah pengen mengajak saya diantar ke LPSK, untuk mengungsi," kata pendamping MS, Muhammad Mualimin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (3/9).

Mualimin mengatakan MS khawatir ada pihak yang berniat melakukan balas dendam. Sebab, ia menyebut beberapa nama terduga pelaku dalam informasi yang beredar.

Namun, korban urung mengungsi ke LPSK karena ia pimpinan KPI Pusat dan kepolisian mendatangi korban ke rumahnya. Korban lantas diajak membuat laporan resmi ke Polisi.

"Kemarin dia sempat ketakutan karena ini kan [dikhawatirkan] ada semacam balas dendam atau tindakan kekerasan yang bakal dia alami atau keluarganya," tutur Mualimin.

Menurut Mualimin, kondisi mental MS dalam beberapa minggu terakhir cenderung pulih.

Meski begitu, karena dalam beberapa hari terakhir persoalannya menjadi sorotan dan banyak pihak yang menghubunginya, korban merasa tertekan, pusing, dan menutup diri.

Karena itu, korban memberikan mandat kepada Mualimin yang merupakan rekannya untuk menjelaskan kepada publik mengenai kondisinya.

"Dia kembali lagi pusing dan menutup diri. Apalagi kan sampai saat ini dia tidak mau tersorot publik," tutur Mualimin.

Lebih lanjut, Mualimin menjelaskan bahwa hingga saat ini korban maupun pihak keluarganya tidak mendapatkan ancaman ataupun bentuk teror lainnya.

"Kemarin sudah saya minta hati-hati, apakah di sosial media ada ancaman atau pesan-pesan intimidasi. Nah setelah dicek katanya tidak ada [ancaman] di semua lini media yang dia punya," jelas Mualimin.

Sebelumnya, viral pengakuan salah satu pegawai KPI berinisial MS yang mengklaim dilecehkan dan dirundung oleh sejumlah rekan kerjanya selama bertahun-tahun.

Kasus ini sudah ditangani pihak kepolisian, meski sebelumnya laporan MS disebut pernah ditolak.