Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan kualitas air Sungai Citarum kini menjadi cemar ringan hingga bersahabat bagi ikan dan manusia. Meski demikian, ia menyebut pengelolaan limbah domestik dan sampah di kawasan ini belum sesuai target.
Program Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum telaj mulai sejak 2019. Kala itu status Citarum tercemar berat.
"Waktu kita mengawali yang warna kuning kita itu poin-nya 33,43 atau tercemar berat, jorok, kotor, dan lain-lain," kata ujar pria yang kerap disapa Emil itu, di kantor Satgas Citarum Harum Bandung, Selasa (7/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Target kita di 2020 sebenarnya hanya tercemar sedang. Tapi berkat kerja luar biasa kami melewati status cemar sedang di poin 40, dan hari ini statusnya cemar ringan," lanjutnya.
"Jadi ikan-ikan sudah bisa berenang dengan baik dan juga manusia, istilahnya swimmable (bisa direnangi), di akhir target kita," ia menambahkan.
Di samping itu, sejak program ini dimulai 36.000 hektare lahan kritis di sepanjang aliran DAS Citarum sudah dihijaukan. Angka ini di atas dari target 2021 yang hanya 15 ribu hektare. Target 2025, yang merupakan akhir program, penghijauan mencapai 90 ribu hektare lahan.
"Jadi targetnya harusnya akumulasi di 2021 lahan kritis kita hanya 15 ribu hektare. Kita, berkat kinerja TNI salah satunya yang paling masif, kita sudah 26 ribu hektare kita bereskan, baik di dalam dan luar kawasan hutan," kata mantan Wali Kota Bandung itu.
Selain itu, lanjutnya, pengelolaan sampah juga sudah mencapai 2.700 ton per hari, dengan penanganan keramba jaring apung sudah melebihi target yakni dari 28.000 unit, namun kini bisa mencapai 33.000 unit.
Untuk pengelolaan sumber daya air dan pariwisata, luas volume dan genangan air yang sudah dibereskan mencapai 90 persen dari target 70 persen.
Namun, Emil mengakui pelaksanaan program penanganan limbah domestik dan masalah persampahan di DAS Citarum belum mencapai target yang ditetapkan, yakni 3.100 ton per hari. Pasalnya, pengelolaan sampah baru mencapai 2.700 ton per hari.
"Dua lagi masih belum mengejar target, baru tercapai setengahnya untuk penambahan air baku karena kualitas air memang belum memadai," ucap dia.
Dari sisi penegakan hukum, ada 131 kasus pengaduan. Dari jumlah tersebut 15 di antaranya sudah diputus pengadilan pidana dan sanksi administrasi ada 70 kasus.
![]() |
"Penegakan hukum ini sebenarnya targetnya memang agak susah dikualifikasi apakah banyak pengaduan berarti berprestasi atau sedikit pengaduan berprestasi karena jangan-jangan mereka sudah taat dan tak ada laporan masyarakat lagi kan bisa dihitung sebagai prestasi juga," ujar Emil.
Di tempat yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta hasil kerja program ini bisa dipertahankan agar tak berdampak buruk pada 18 juta warga di bantaran Citarum.
"Pengotoran akibat limbah industri itu bisa ikan yang memakan, kemudian dimakan masyarakat yang bisa melahirkan generasi bermasalah," ujar dia.
"Jadi jangan sampai pencemaran merusak generasi yang akan datang, saya motivasi ini. Program Citarum ini bekerja untuk kemanusiaan. Anda jangan bekerja untuk proyek tapi ini adalah proyek kemanusiaan," lanjutnya.
Catatan Redaksi: Judul pada berita dikoreksi pada Jumat (10/9) karena terjadi kesalahan pemberian judul. Judul berita semula adalah "Status Citarum Cemar Ringan, RK Sebut Sungai 'Swimmable',". Redaksi meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
(hyg/antara/arh)