Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui mutasi virus SARS-CoV-2 Delta B1617.2 menyebar di Indonesia karena pemerintah lupa menjaga pintu masuk pelabuhan.
Budi menyatakan hal itu akan menjadi evaluasi pemerintah saat ini dalam memperketat penjagaan di pintu masuk Indonesia, baik dari jalur darat, laut, dan udara. Hal itu guna menekan penyebaran varian Delta yang kini mencapai dua ribu kasus.
"Kita bisa lihat pintu masuk kemarin, Delta, agak kebobolan karena kita lupa menjaga dari sisi lautnya. Sehingga banyak kapal-kapal pengangkut barang yang masuk ke Indonesia dari India, saat krunya mendarat diizinkan turun sehingga menularkan," kata Budi dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR yang disiarkan melalui kanal YouTube DPR RI, Senin (13/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi menyebut, pengetatan pintu masuk paling baik ada di jalur udara. Berdasarkan data, dari 431.603 yang memasuki kawasan Indonesia melalui lima Bandara, 99 persen di antaranya melakukan entry-test, dan 82 persen exit-test. Sementara untuk jalur laut dengan 29.342 orang, hanya 65 persen yang melakukan entry-test dan 28 persen exit-test.
Selain itu, Kemenkes menyebut tiga negara yang masih mencatatkan kasus positif Covid-19 tertinggi saat tiba di Indonesia. Arab Saudi misalnya, dari 4.717 orang yang datang, 702 di antaranya dinyatakan positif Covid-19 saat tiba di Indonesia.
Kemudian Malaysia 8,4 persen warga yang tiba di Indonesia dinyatakan masih positif Covid-19, juga 4,1 persen ketibaan dari Uni Emirat Arab (UEA) yang masih positif saat tiba di Indonesia. Budi lantas mempertanyakan kapasitas laboratorium pemeriksaan masing-masing negara tersebut.
"Untuk itu kita akan segera melakukan kerja sama bilateral dengan Kemenkes di tiga negara itu untuk memastikan untuk membatasi lab-lab apa saja yang boleh kita terima, yang bersertifikasi dengan baik di otoritas lokalnya untuk memastikan bahwa test PCR-nya memang bagus," jelasnya.
Lebih lanjut, Budi juga memastikan bahwa saat ini Kemenkes tengah mengawasi secara khusus tiga varian anyar, yakni varian C.37 Lambda, varian B.1621 Mu, dan varian C.1.2 agar tidak semakin menyebar dan membawa dampak cukup buruk dalam penanganan covid-19 di Indonesia.
Mantan wakil menteri BUMN itu menyebut varian Lambda sudah menyebar di 42 negara dan dinilai memiliki kemampuan netralisasi serum infeksi natural maupun yang diinduksi vaksin serta jenis tertentu antibodi monoklonal.
Sementara varian Mu sudah teridentifikasi di 49 negara dengan kemungkinan dapat 'menghindari' kerja sistem imun tubuh manusia. Saat ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menetapkan kedua varian ini dalam kategori Variant of Interest (VoI). Sedangkan varian C.1.2 yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan diduga mampu meningkatkan penularan kasus.
"Namun kenapa banyak ilmuwan sangat khawatir dengan varian (C.1.2) ini? karena varian ini mutasinya banyak sekali," ujar Budi.
Sejauh ini Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes per data terakhir 3 September mencatat, sebaran kasus mutasi virus SARS-CoV-2 yang tergolong Variant of Concern (VoC)' alias varian yang diwaspadai oleh WHO saat ini berjumlah 2.374 kasus di Indonesia.
WHO baru menetapkan ada empat varian yang masuk dalam kategori ini yaitu B117 Alfa, B1351 Beta, B1617.2 Delta, dan P1 Gamma, dan hanya P1 yang belum teridentifikasi di Tanah Air. Adapun varian Delta ditemukan paling banyak dengan 2.266 kasus di Indonesia, disusul varian Alfa dengan 64 kasus, dan varian Beta 17 kasus.
(khr/pmg)