Kemenkes soal Nakes Papua Belum Divaksin: Menolak dan Takut
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengakui masih ada 4,8 persen tenaga kesehatan (nakes) di Papua yang sama sekali belum menerima suntikan dosis vaksin virus corona (covid-19).
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut kondisi itu terjadi lantaran masih ada sejumlah nakes yang enggan divaksin. Padahal di sisi lain, pemberian dosis ketiga atau booster vaksin covid-19 yang diberikan khusus untuk nakes sudah berjalan sejak pertengahan Juli 2021.
"Seperti di Papua yang belum mendapat dosis pertama di kalangan nakes, itu karena juga ada yang masih menolak dan takut divaksin ya," kata Nadia dalam acara daring, Rabu (15/9).
Kendati demikian, Nadia memastikan pihaknya telah memberikan edukasi khusus kepada nakes yang tidak ingin divaksin, namun ia mengaku tidak bisa memaksa. Sebagaimana diketahui, pada Februari lalu Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021 yang bermuatan tiga sanksi bagi masyarakat penolak vaksin.
Sanksi tersebut meliputi penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau bantuan sosial; penundaan atau penghentian layanan administrasi pemerintahan; hingga denda. Meski begitu, Nadia menyebut pihaknya akan terus menggunakan upaya persuasif.
"Ini sudah diupayakan juga, kemudian diedukasi agar mereka mau divaksin, namun kembali lagi kita tidak bisa memaksa ya. Jadi biasanya begitu mereka positif mengalami covid-19, nah itu akhirnya mereka mau divaksin," jelasnya.
Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes itu lantas mewanti-wanti kepada seluruh masyarakat agar bersedia divaksinasi guna membantu akselerasi program pemerintah. Dengan masyarakat bersedia divaksin secara komunal, maka diharapkan target herd immunity lekas tercapai.
Nadia juga mengingatkan masyarakat agar tidak menyerobot jatah vaksinasi warga lain, serta tidak 'ngotot' untuk mendapatkan booster vaksin, yang saat ini khusus hanya menyasar nakes di Indonesia. Ia menyebut, berapa kalipun vaksinasi akan percuma apabila masih banyak warga di komunitas yang belum mendapat vaksin covid-19.
"Kita tidak akan selesai pandemi covid-19 nya kalau belum 208 juta orang mendapatkan vaksinasi. Meski kita sudah mendapat 4 kali suntik vaksin pun, tetap tidak akan menurunkan risiko untuk tidak tertular kalau masih banyak orang di sekitar kita yang masih membawa virus," ujar Nadia.
Apabila menilik situs resmi Kemenkes, capaian vaksinasi dosis pertama dan kedua pada nakes memang sudah melampaui 100 persen. Per 15 September pukul 12.00 WIB, vaksinasi yang menyasar sebanyak 1.468.764 nakes untuk dosis pertama telah mencapai 133,38 persen atau 1.959.040 nakes sudah rampung divaksin dosis satu.
Sedangkan untuk dosis kedua sudah mencapai 122,11 persen atau 1.793.513 nakes yang divaksin. Selanjutnya, untuk dosis tiga atau booster baru mencapai 55,04 persen atau baru 808.411 orang nakes yang mendapat suntik ketiga dari total sasaran.
Namun bila membedah data vaksinasi nakes milik Kemenkes secara lebih rinci per data 15 September, maka dapat terlihat Papua menjadi satu-satunya provinsi yang masih belum merampungkan vaksinasi dosis pertama pada nakes di wilayahnya. Capaian vaksinasi dosis pertama di Papua baru mencapai 95,11 persen.
Sementara itu, tiga provinsi dengan capaian vaksinasi dosis pertama pada nakes adalah DKI Jakarta dengan 156,93 persen nakes yang sudah menerima suntikan dosis satu. Disusul Banten dengan capaian 146,32 persen, dan DI Yogyakarta dengan 146,25 nakes yang sudah rampung menerima suntikan dosis pertama vaksin covid-19 di Indonesia.
Adapun secara keseluruhan, Kementerian Kesehatan per Rabu (15/9) Pukul 12.00 WIB mencatat sebanyak 75.140.724 orang telah menerima suntikan dosis pertama vaksin virus corona. Sementara baru 42.962.640 orang telah rampung menerima dua dosis suntikan vaksin covid-19 di Indonesia.
Dengan demikian, target vaksinasi pemerintah dari total sasaran 208.265.720 orang baru menyentuh 36,08 persen dari sasaran vaksinasi yang menerima suntikan dosis pertama. Sedangkan suntikan dosis kedua baru berada di angka 20,63 persen.
(khr/ain)