Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito mengatakan belum memutuskan menggunakan Pfizer sebagai vaksin Covid-19 pada anak di bawah usia 12 tahun.
Sebelumnya vaksin Pfizer disebut aman digunakan untuk anak usia 5-11 tahun. Terkait hal ini, Penny mengaku masih menunggu pendaftaran EUA vaksin Pfizer dari FDA Amerika Serikat.
"Menunggu sudah mendapat EUA dari negara asal produknya," kata Penny.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan saat ini tingkat positivity rate Covid-19 di Indonesia berada di bawah 3 persen dengan tingkat testing sebanyak empat kali lipat standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Sudah hampir 4 kali lipat dari standarnya WHO dan ini saya lihat juga terus meningkat walaupun positivity rate kita sekarang sudah turun di bawah 3 persen," kata Budi dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Senin (20/9) malam.
Budi mengungkapkan, tingkat testing di Indonesia saat ini mencapai 1,1 juta orang per minggu. Padahal, kata Budi, panduan WHO menyebutkan agar testing dilakukan terhadap 1 per 1.000 orang setiap minggu untuk positivity rate di bawah lima persen.
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko memprediksi Indonesia berpotensi masuk puncak ketiga virus corona (covid-19) pada Desember 2021. Prediksi gelombang ketiga itu menurutnya bakal terjadi apabila capaian vaksinasi covid-19 nasional tak sampai 50 persen pada akhir tahun 2021.
Selain itu, banyaknya relaksasi atau pelonggaran aktivitas selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) turut menyumbang potensi lonjakan kasus covid-19 di Indonesia terulang kembali, utamanya pada libur panjang Natal dan akhir tahun (Nataru) mendatang.
"Saya perkirakan akan terjadi puncak ketiga itu kalau capaian vaksinasi tak sampai 50 persen dan banyak pelonggaran aktivitas seperti sekarang ini. Prediksi Desember-Januari itu kemungkinan puncak ketiganya," kata Miko saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (21/9).
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat sebanyak 2,8 persen atau 1.296 sekolah melaporkan klaster penyebaran Covid-19 selama pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Direktur Jenderal (Dirjen) PAUD dan Pendidikan Dasar Menengah Kemendikbudristek, Jumeri mengatakan jumlah itu berdasarkan hasil survei yang pihaknya lakukan terhadap 46.500 sekolah hingga 20 September.
Dalam paparan Jumeri, klaster penyebaran Covid-19 paling banyak terjadi di SD sebesar 2,78 persen atau 581 sekolah. Disusul, 252 PAUD, SMP sebanyak 241 sekolah. Kemudian SMA sebanyak 107 sekolah, SMK 70 sekolah, dan terakhir Sekolah Luar Biasa (SLB) sebanyak 13 sekolah.
(mln/pmg)