Lebih dari 24 Jam Karhutla di OKI Sumsel Masih Membara
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan masih membara sejak diketahui terbakar pada Selasa (21/9) siang. Satgas Karhutla Sumsel masih melakukan pemadaman di lokasi yang sudah hangus sedikitnya lima hektare.
Kepala Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, lokasi kebakaran di Pedamaran sempat berhasil dipadamkan pada Selasa (21/9) petang. Namun saat melakukan patroli udara pada Rabu (22/9) sekitar pukul 11.30 WIB, diketahui areal tersebut terbakar lagi.
"Kemarin sudah dipadamkan meskipun masih berasap. Lahannya sebagian gambut sehingga di dalamnya masih terbakar tidak tampak dari permukaan," ujar Ansori.
Lihat Juga : |
Ansori menjelaskan, kebakaran yang terjadi di Pedamaran terjadi di satu hamparan namun ada beberapa titik yang menjadi sumber asap. Tim pemadaman darat baru bisa menjangkau satu titik sumber api sehingga api belum bisa dipadamkan secara optimal.
"Akses darat yang sulit dijangkau jadi kendala, sehingga kemarin itu baru dipadamkan lewat water bombing. Baru hari ini tim tiba di satu sumber api dan berupaya memadamkan dari darat.
Berdasarkan hasil patroli udara, terdapat tujuh hotspot di OKI, tiga di Ogan Ilir, tiga di OKU Timur, satu di Banyuasin dan satu di Muara Enim. Satgas Udara Karhutla Sumsel telah melakukan water bombing menggunakan helikopter di tiga kecamatan di OKI, yakni Pedamaran, Mesuji, dan Pampangan serta satu wilayah di Rambang Kuang, Ogan Ilir.
"Hingga saat ini yang masih berasap di Pedamaran dan Pampangan OKI. Sementara yang di Mesuji dan Rambang Kuang dilaporkan sudah padam," kata Ansori.
Lihat Juga : |
Karhutla yang terjadi sejak Selasa (21/9) siang sempat menyebabkan kabut asap di Kota Palembang dan sekitarnya. Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, asap akibat kebakaran hutan dan lahan terasa saat warga memulai aktivitas pada subuh hari. Andhiko (35) warga Perumahan OPI Jakabaring Palembang mengatakan, asap mulai terasa sejak dirinya pergi bekerja pada pukul 06.00.
"Asap sangat terasa, padahal pakai masker. Di jalan itu terlihat kabutnya membuat jalan agak samar. Sampai sekitar hampir jam sembilan pagi asap mulai hilang," ujar dia.
Kepala BMKG SMB II Palembang Desindra Deddy Kurniawan mengatakan, saat ini cuaca masih dalam masa transisi dari musim kemarau ke hujan. Kondisi transisinya saat ini ekstrem, kadang panas terik, namun kadang hujan deras tiba-tiba.
"Mungkin karena arah angin jadi bau asapnya terasa. Kebakaran di OKI itu arah anginnya memang ke Palembang, sementara yang dari OI tidak. Dari pantauan radar, asap tidak kelihatan. Tadi pagi bercampur dengan embun," ujar dia.
Berdasarkan informasi partikulat meter (PM2,5) BMKG, kandungan partikel udara yang berukuran lebih kecil di Palembang pada Rabu (22/9) berada di level sedang dengan angka tertinggi 58,50 mikrogram per meter kubik pada pukul 07.00 WIB. Angka berangsur menurun hingga tercatat pada pukul 10.00 WIB sekitar 44,70 mikrogram per meter kubik.
Dirinya menegaskan bahwa fenomena yang terjadi pagi tadi di Palembang merupakan kabut dan bau asap yang terbawa udara.
"Yang muncul di pagi hari ini itu Fog atau partikel basah biasa kita sebut kabut. Di masa transisi di musim kemarau pun bisa terjadi. Kabut itu karena adanya afeksi massa udara yang hangat dan permukaan tanah yang dingin menyebabkan kondensasi," jelas dia.