Pratu Ida Bagus Putu gugur dalam kontak tembak TNI melawan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Bandara Kiwi, Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang, Papua. Kepergiannya menorehkan duka bagi Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta.
Komandan TRC BPBD DIY Wahyu Pristiawan Buntoro mengungkap, sosok Ida Bagus pernah berkontribusi bagi tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY pada Juni dan akhir Oktober 2020 silam.
Kata Pris, Ida Bagus merupakan salah seorang dari 14 personel bantuan dari Batalyon Infanteri (Yonif) 403/Wirasada Pratista (WP) sebagai satuan tempur infanteri di bawah struktur komando Korem 072/Pamungkas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama dua pekan sekali dirolling. Ida Bagus dapat dua kali rollingan di bulan Juni, terus di Oktober waktu sebulan menjelang mereka berangkat ke Papua untuk bertugas di perbatasan itu," kata Pris, Rabu (22/9).
Pada Juni dan Oktober itu, menurut Pris, Ida Bagus bertugas masing-masing selama dua pekan. Seingatnya, almarhum pernah ditempatkan di zona dekontaminasi kasus dan zona khusus, serta tugas siaga di Posko Dekontaminasi Posko Dukungan.
Tugas itu, bagi Pris, cukuplah krusial sekaligus berisiko. Lantaran ia harus melakukan kontak langsung dengan lingkungan yang terdapat pasien Covid-19.
"Zona kasus itu zona di mana ada salah satu status positif. Kalau zona khusus itu di fasilias-fasilitas kesehatan, puskesmas, dan rumah sakit-rumah sakit," urai Pris.
Semasa mengemban tugas membantu penanganan Covid-19 ini, Ida Bagus bermalam di salah satu tenda yang didirikan di area markas BPBD. Selama itu pula, dengan gairah mudanya mendiang kerap berbagai kisah masa-masa awal berbakti untuk Yonif 403.
Hari terakhir masa penugasan Oktober jadi momen perpisahan Ida Bagus dan regu TRC. Ia bersama beberapa rekannya sempat berpamitan sebelum terbang ke Bumi Cendrawasih penghujung tahun 2020.
"Sempat makan-makan di sini. Tugas mereka terakhir ya biasa mereka dateng kita sambut, terus pisah. Sebelum Batalyon 403 itu berangkat ke Papua, kami nitip masker untuk dibagiin di sana waktu itu. Waktu terakhir ikut datang ambil masker," kenang Pris.
Pertemuan itu jadi memori terakhir antara Pris dan Ida Bagus. Hingga pada Selasa 21 September kemarin regu TRC menerima kabar duka bahwa sang prajurit telah pergi selama-lamanya.
Ida Bagus gugur dalam kontak tembak yang terjadi ketika pasukan TNI mengawal proses evakuasi tenaga kesehatan korban penyerangan kelompok separatis.
"Kaget sekali mendengar kabar itu, karena kan kita masih komunikasi sama dokter dari batalyon itu. Kita ikut sedih karena kita sempat mengenal mereka, semoga jasanya abadi," tutupnya.
(kum/gil)